Melati, Cewek Cantik yang Menyebalkan

Gak tahu kenapa, di semua media sosial, pasti ada aja orang yang nyebelin. Di salah satu media sosial (gak perlu disebutin biar aman), gue temenan sama satu cewek yang super-duper-menyebalkan. Sebutlah namanya Melati.

Melati ini emang jarang update. Tetapi sekalinya update, ugghh, bikin hati pegel. Salah satu contohnya waktu musim pilpres kemarin. Dia posting sebuah foto Capres X. Lalu, Melati menuliskan kalimat yang intinya: “Gue mending pindah kewarganegaraan kalau sampai si X jadi presiden. Bakal runyam pasti.”

Helooooo!

Ini media sosial, woy! Dia pikir dia ngomong sendiri? Apa dia gak mikir kalau temennya juga ada yang pro Capres X? Media sosial juga punya norma, keleus. Sama seperti di dunia nyata, lo gak bisa seenak jidat tumit menghina orang. Oke, anggaplah media sosial itu sebuah meja makan. Di sana ada Melati dan 3 orang temen medsosnya lagi duduk. Lalu, tiba-tiba Melati ngomong, “Eh, si Capres X itu blablabla loh!”

Salah satu temennya yang pro Capres X kan pasti kesel. Namanya manusia, pasti tindakannya beda-beda menanggapi sikap Melati. Ada yang langsung nyambar, “IH, GAK USAH JELEKIN ORANG GITU KALI!”. Ada juga yang diem aja, tapi ngomong dalam hati, “BAJINGAN SI MELATI! EMANG DIA PIKIR DIA SIAPA? ANAK TUHAN?!”.

Intinya, jangan asal ngomong kalau di medsos karena di sana juga ada aturannya.

Selain itu, kadang Melati ini sok-sok nulis kalimat bijak gitu. Agak ngeselin juga karena kesan yang gue dapet seakan-akan dia sedang menggurui, bukan memberi nasehat. Tapi walaupun Melati ini super-duper-menyebalkan, asal tahu aja, gue dulu pernah deket sama doi.

Jadi, ceritanya begini...

***

“Bentar lagi ujian kelulusan,” kata nyokap. “Daus harus les biar pintar, lulus, dan masuk ke SMP favorit.”  Gue mengangguk setuju. Gue harus les biar pintar, lulus lalu masuk SMP favorit. Mungkin dalam pikiran nyokap, seandainya gue gak les gue akan bodoh, gak lulus SD lalu memutuskan untuk jadi penggembala domba.

Nyokap memberhentikan motornya di depan gerbang tempat les. Gue turun dari boncengan. “Mah, Daus les dulu,” ujar gue sambil mencium punggung tangan nyokap. Gue berlari kecil khas anak SD, masuk ke dalam ruang kelas, dan memulai hari-hari bersama temen baru.

Dari sekian banyak temen baru, ada satu orang cewek yang berhasil memikat hati gue. Dia berkerudung, kulitnya putih, wajahnya cantik rupawan. Aduhai, siapakah engkau gerangan? (Kok gue jadi alay begini?)

Salah satu trik untuk tahu nama seseorang dengan tidak berkenalan langsung adalah: lihat absen. Jadi, sewaktu pertama kali masuk kelas, semua murid harus mengisi daftar absen yang dioper berurutan berdasar tempat duduk. Kebetulan cewek itu duduk di depan, otomatis pas daftar itu dioper ke gue, dia udah ngisi duluan. Gue cari sebentar sambil bertanya ke diri sendiri, kira-kira siapa ya namanya? Aha! Melati Sukma Kusuma, ucap gue dalam hati.

Di pertemuan berikutnya, absen tidak lagi dioper. Kali ini mentor yang memanggil nama murid. Untuk memastikan apakah namanya benar-benar Melati, gue perhatikan semua orang ketika namanya dipanggil. “Burjo?” ujar si mentor.

“Hadir, Pak!” sahut seorang laki-laki seraya mengangkat tangan.

“Sukinem?”

“Hadir.”

“Melati?”

Gue lihat sekitar... dan... “Hadir, Pak!” sahut cewek cantik rupawan itu. Yes! Tebakan gue benar. Gue senyam-senyum kegirangan, padahal baru tahu namanya doang.

Berminggu-minggu sudah terlewati, namun hubungan gue dan Melati masih mentok di tahu-nama-doang. Gue emang bukan tipe cowok yang berani ngomong langsung apalagi sama cewek yang ditaksir. Gue juga gak nungguin kesempatan untuk deketin dia. Jadi, biarlah hubungan ini mengalir, kayak tokai di pinggir sungai.

Sampai pada suatu hari, tiba-tiba hape gue geter saat Pak Jowo lagi nerangin pelajaran IPS. Gue cek, ada satu misscall dari nomor asing. Gue tengok ke seluruh isi kelas, kali aja ada yang iseng. Dan kebetulan banget, Melati lagi nunduk sambil memainkan hape di bawah mejanya. Tapi, masa iya Melati? Gak mungkin ah, pikir gue.

Pulang les, gue dijemput Nyokap naik motor. Di perjalanan pulang, gue coba kirim SMS ke nomor asing tadi. SMSnya sengaja gue kosongin, cuman spasi doang. Beberapa menit kemudian dibalas, “IN1 zHi4pa y@?”

Lah gue bingung, yang nelpon siapa yang nanya siapa. Gue balas, “iNn! D@uZ. LawH lEh n3B4k, iNn1 pzTy M3L4T!?” Gue tahu itu tebakan yang sotoy abis, dan sangat beresiko. Karena kalau salah, otomatis orang itu curiga, kenapa gue nebak dia Melati? Dia tentu akan berpikir, “Siapa pun si Melati, pasti Daus lagi deket sama dia.” Tentu akan lebih parah jika yang punya nomor asing itu temen kelas les. Bisa aja dia iseng menyebarkan isu kalau gue suka sama Melati (meskipun itu emang bener).

Gak seberapa lama, muncul balasan, “!yH@.”

Pastinya gue gak langsung percaya. Muncul kemungkinan-kemungkinan di otak gue: 1) jangan-jangan ini Bayu, temen les gue dan Melati; 2) jangan-jangan ini Melati beneran; atau 3) jangan-jangan ini diri gue sendiri yang datang dari abad 21.

“q gAgh pCay4! tdIE qmUe pKE b4joe pHa?” tanya gue, seperti mengintrogasi.

Kemudian dia membalas dengan jawaban pakaiannya lengkap hari itu. Mulai kerudung, baju, celana sampai sandal (tentu tanpa BH dan CD). Benar semua. Lalu, gue lemparkan beberapa pertayaan lagi, yang kira-kira cuman Melati (dan gue) yang tahu. Menakjubkan! Semua dijawab benar.

Cihuuui! Sudah bisa dipastikan pemilik nomor asing itu Melati. Gue seneng bukan main. Rasanya tuh kayak ada yang main kembang api di dada gue. Dhuaaarr! Dhuaaar! Pengen rasanya gue sujud syukur tapi susah juga karena di atas motor, dan takut nyundul Nyokap yang lagi nyetir.

Sejak hari itu, gue sering SMSan sama Melati. Gak pernah teleponan. Selain pulsanya gak cukup, keberanian gue juga hanya sebesar biji kecambah. Tetapi selama itu nyaman-nyaman aja, ya gapapa. Di kelas gue juga udah mulai akrab sama dia. Dia juga responnya bagus, tiap kali gue SMS selalu bales, ketika disapa dia senyum. Sehingga gue berani membuat kesimpulan sementara: kayaknya si Melati naksir deh sama gue.

Bersambung...

Sebenarnya ada banyak cerita yang seru banget, antara gue dan Melati. Tetapi kayaknya kepanjangan deh. Jadi gue rasa disimpen dulu aja buat tulisan-tulisan selanjutnya. Ini juga ada postingan tentang kisah percintaan gue yang gagal, kali aja pengen baca.