Remukin Aja, Lah!
Sudah dua
jam lebih, Opi berguling-guling di kasur. Dia berusaha memejamkan matanya.
Entah itu yang keberapa kali. Namun, lagi-lagi dia terbangun. “GROOOKKK!” Suara
monster di perutnya memecah keheningan, meraung-raung minta makan. Opi bangkit
dari kasur dengan malas. Dia menengok ke arah jam dinding. Sudah jam 10 malam.
‘Huuuh,’ keluhnya. Opi melemparkan tubuhnya kembali ke kasur. Konflik diri
semacam ini sudah sering terjadi sejak Opi menjadi anak kost.
Sewaktu masih
tinggal dengan orang tuanya, pola makan Opi teratur. Tiga kali sehari dengan
menu empat sehat, lima sempurna. Kalau sekarang, boro-boro empat sehat lima
sempurna, makan pakai lauk aja sudah syukur. Dulu, kalau lapar tinggal pergi ke
dapur. Sekarang, harus pergi keluar kost, cari makan sendiri.
Opi memiliki stok mie instan yang cukup banyak. Untuk jaga-jaga, siapa tahu ada krisis ekonomi mendadak. Atau kalau lagi lapar banget, dia tinggal masak mie. Cuman, hari ini Opi sudah makan mie sebanyak 3 bungkus.
Opi memiliki stok mie instan yang cukup banyak. Untuk jaga-jaga, siapa tahu ada krisis ekonomi mendadak. Atau kalau lagi lapar banget, dia tinggal masak mie. Cuman, hari ini Opi sudah makan mie sebanyak 3 bungkus.
Di
pertarungan sebelumnya, Setan Malas selalu menang melawan monster di dalam
perut Opi. Setan Malas biasanya membujuk Opi untuk menonton film atau membaca
buku sampai Monster Lapar menyerah. Apabila jurus itu tidak berhasil, Setan Malas
akan merayu Opi untuk tidur. Jurus tersebut sangat ampuh dan memiliki track record yang bagus dalam mematikan
Monster Lapar.
Opi
mengerahkan segala cara agar dia tertidur. Mulai dari menghitung domba, memutar
lagu Mozart sampai meniru gerakan yoga secara random. Namun, semuanya gagal.
“GRHOOOKH!! GRHOOOOKH!!” Monster Lapar mulai mengganas. Sementara itu, Setan
Malas kebingungan. Dia kehabisan cara untuk mengalahkan Monster Lapar.
‘DENG!’ Jam
dinding berbunyi. Pertanda sudah pukul 12 malam. Peperangan tampaknya sudah
reda. Tak ada satu pun yang menang malam itu. Imbang. Rasa lapar Opi mulai
hilang. Matanya juga sudah mulai berat. Opi bersiap tidur. Namun, tiba-tiba...
“GHROOOOKKKKKKH!!!!
GHRUAAHR! GHHRRRHOK!” Suara Monster Lapar kembali menyeruak, disertai dengan
nyeri di perut yang teramat sangat. Opi merintih kesakitan. Dia beranjak
bangun, lalu meminum segelas air putih. Sedikit melegakan, tetapi perutnya
masih merasa nyeri. Opi mengambil jaketnya, kemudian pergi keluar.
Di depan
kost, Opi menekan tombol starter
berkali-kali, tetapi motornya tidak menyala. Dia cek tangki bensin. Ternyata
kosong. ‘ANJOOY!!!’ teriaknya kesal. Mau tidak mau, Opi harus menggeret
motornya.
Tidak jauh dari kost Opi ada sebuah toko kecil
di pinggir jalan. Di sana menjual bensin eceran. ‘Full, Pak,’ kata Opi. Seorang
laki-laki tua menuangkan tiga botol bekas minuman keras berisi bensin ke dalam
tangki. Sementara itu, Opi mendadak panik. Opi kebingungan setelah tahu di
dalam dompetnya tidak ada uang sepeser pun. Waduh,
mampus nih, pikirnya. Dia berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian, Opi bernegosiasi
dengan laki-laki tua itu. Dia mengatakan bahwa dia akan segera kembali setelah
mengambil uang di ATM.
‘Ya,’ kata
laki-laki tua itu. ‘Tapi, motormu tinggal di sini.’
‘Ta-ta.....’
Opi berusaha menyanggah. Namun, laki-laki tua itu pergi membawa kunci motornya,
lalu meninggalkannya.
‘ANJOOOY!!!’
Jalanan
sangat sunyi. Tidak ada satu pun kendaraan lewat. Angin kencang meniup tubuh
Opi yang sedang berjalan. Saking kencangnya, angin itu membuat Opi hampir terjatuh.
Kulitnya mulai merasakan dingin. Nyeri di perut juga semakin parah.
‘Tuhaaan.
Apa salahku?’ keluhnya. ‘Mau makan doang, kok, Tuhan. Nggak dugem, apalagi
nge-drugs. Makaaan. Lapaaar.’
Setelah
berjalan kurang lebih tiga kilometer, akhirnya Opi menemukan ATM center. Dengan
cepat dia memasukkan kartun ke dalam mesin, menekan tombol-tombol, lalu menarik
dua lembar uang 50 ribu di bibir mesin. Pada saat Opi membuka pintu ATM, dia terperanjat
kaget. Ada seekor anjing sedang berdiri, dengan lidah menjulur ke bawah, dan
matanya tertuju ke arah Opi.
‘Kenapa
harus anjing, Tuhan?’ keluhnya, sambil duduk bersandar di dalam ruang ATM.
Opi
mengeluarkan handphone dari saku celana. Waktu menunjukkan pukul 1 malam. Sudah
sangat larut, dan dia harus kembali mengambil motornya. Lagipula, dia tidak
ingin mati kedinginan di dalam ruang ATM. Dia harus keluar dan menghadapi
anjing itu.
Phewwiiit... Phewwiiit...
Siulan Opi berhasil menarik perhatian anjing itu.
Anjing itu tampak marah. Mungkin dia marah karena merasa harga dirinya
dilecehkan, digodain sama laki-laki. ‘GUUUK! GUUUK!’ kata si anjing. (Mungkin
artinya: Anjing lo!) Setelah itu, dia
berlari sangat cepat, melompat, dan menerjang Opi. Dengan gesit, Opi langsung
menunduk. Terjangan itu luput. Hanya saja kepala Opi mengenai alat kelamin si
anjing. Tanpa basa-basi, Opi melarikan diri secepatnya. Sementara, anjing itu
terkapar karena baru saja mendaratkan kepalanya ke mesin ATM.
Opi melepaskan
baju kaosnya yang dibasahi keringat. Aroma tidak sedap menyebar ke seluruh
kamar kost. Dia tiduran di atas lantai. Matanya menatap langit-langit. Dia
masih tidak percaya dengan kejadian barusan. Penuh rintangan, dan ending-nya,
dia tidak jadi makan karena warung sudah tutup semua.
Sesaat kemudian,
dia beranjak mengambil sebungkus mie instan goreng. Dia menatapnya lekat-lekat. Mau masak mie, tapi air keran jam segini sudah mati. Remukin gak ya, batinnya. Opi bengong untuk beberapa saat. ‘Yaudah lah! Remukin aja lah!’ katanya.
Jiahahaha endingnya indomie juga, memang udah kodratnya anak kos makanannya
ReplyDeleteindomie
hu'uh, gak bisa lepas deh pokoknya
Deletehahaha. ini keren. gaya ceritanya asik
ReplyDeletegua gak bisa bayangin ada adegan slow motion, pas kelamin tuh anjing kena kepala opi.
keren bro
makasih bang, makasih :'D
DeleteKurang klimaks menurutku bang
ReplyDeleteoh iya? hmm oke oke, terima kasih masukannya
DeleteAnjiiiir, endingnya kenapa jadi gaduh indomie :D wkwkw
ReplyDeleteBiar kesannya anak kost bangetz hehe
DeleteHahahaha bagus-bagus. Kocak gila, ujung-ujungnya indomie juga. Sedihnya lagi, gak Dimasak ;")
ReplyDeleteHehehe tapi enak lho makan mie kering begitu
DeleteDerita anak kost :v
ReplyDeleteyup, bener banget hehe
DeleteWkwkwkw ujung"nya indominya digadoin :v
ReplyDeletekasian emang nasipnya si opi
DeleteHahahaha ujung-ujungnya balik lagi. Kasian si Opi. \:p/
ReplyDeletekasian banget malam itu... pukpuk
DeleteGak kebayang jadi anjingnya niag nyundul malah tititnya kesundul sama Opi. Tapi tangguhlah Opi, dia tau kemana tempat kembalinya atas semua rintangan malam itu: indomie.
ReplyDeletehaha,kasihan ya nasib anak kost mau makan aja susah,,hhe udah keluar cari makan ujungnya makan indomie juga :)
ReplyDelete