Naik Garuda, Bukan Karena Elang Sudah Mainstream

Perjalanan pulang kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Bermula ketika Bokap menelepon pada suatu siang, lalu bilang, ”Us, Papah sudah belikan tiket. Nanti pulangnya Daus pakai Garuda.”

Bukan karena elang terlalu mainstream sehingga Bokap menyarankan naik garuda, bukan. Garuda yang dimaksud adalah nama maskapai penerbangan yang terkenal mewah dan mahal itu. Garuda Indonesia.

Gue sempat kaget. Beberapa asumsi muncul begitu mendengar ucapan Bokap tersebut.

Kayaknya Bokap lagi banyak uang nih.. Eh nggak mungkin. Paling Garuda lagi promo. Hmm.. Oh, atau mungkin, hadiah gratisan dari Chiki.

Tetapi dari sekian banyak asumsi, yang paling kuat menurut gue adalah: mungkin Bokap pengen penerbangan aman, karena peristiwa pesawat Air Asia baru-baru saja terjadi. #turutberdukacita

Namun, ketika gue tanya alasannya, Bokap menjawab, “Ya gapapa. Biar Daus ngerasain gimana naik Garuda.”

Saat itu juga senyum gue mengembang.

Pikiran gue melayang-layang membayangkan bagaimana ­­kemewahan fasilitas pesawat Garuda. Gue membayangkan duduk di kursi empuk sambil didampingi pramugari. Makan makanan enak sebanyak-banyaknya. Minum teh kotak sepuas-puasnya sampai perut kembung. (Kenapa teh kotak? Entahlah) Sampai khayalan yang paling tidak mungkin, yaitu berenang bersama pramugari di dalam pesawat.
 

Menuju Bandara Juanda, Surabaya, gue diantar sama sepupu. Dia bilang, “Kamu naik Garuda, kan? Berarti kita lewat terminal baru.”

“Beda, kah?”

“Iya. Terminalnya lebih modern.”

Begitu memasuki area bandara, gue terkagum-kagum. Terminal baru ini didesain dengan gaya futuristik. Area dropping dinaungi atap yang ditopang oleh pilar-pilar besi. Terasnya bersih mengilap-ilap. Tapi satu hal yang membuat pemandangan ini terasa Indonesia sekali, yaitu ada manusia-manusia yang ‘nongkrong’ (alias ngemper) di teras terminal. Haduh!

Gue melangkahkan kaki ke dalam terminal. Suasananya benar-benar beda dibanding terminal lama. Lebih elegan dan macho. Segala macam fasilitas menggunakan teknologi dan gak ada yang manual. Sebagian dinding terbuat dari kaca bening. Warna silver dominan membuat terminal terkesan modern banget.

Kepala gue mendongak ke atas, mengamati sebuah layar yang menampilkan jadwal penerbangan. Untuk tujuan Banjarmasin, penumpang bisa check in di meja 1 dan 2. Mata gue menyapu area seluas setengah lapangan bola itu. Meja 1 dan 2 berada paling ujung sebelah kiri.

Berbeda dengan terminal biasanya, terminal baru ini sifatnya diskriminatif banget. Kita bisa tahu status ekonomi seseorang dari loket di mana ia check in. Lazimnya, loket check in dibedakan berdasarkan tujuan penerbangan. Misalnya tujuan Banjarmasin, yang antre ya penumpang tujuan Banjarmasin. Sementara terminal baru ini, loket check in dibedakan berdasarkan kelas. Ada kelas bisnis, ada kelas ekonomi. Jadi kelihatan, mana yang kaya, mana yang kere.

Sedangkan yang paling keren adalah loket dengan tanda merah bertuliskan: Sky Priority. Gue tegaskan lagi, Sky Priority, yang artinya loket untuk penumpang khusus. Kelas paling tinggi.

Langkah gue menjadi ragu begitu melihat tanda Sky Priority di meja 1, dan kelas bisnis di meja 2. Gue berjalan pelan. Mengamati loket satu per satu yang dipenuhi oleh penumpang. Sama sekali gak ada tanda-tanda loket tujuan Banjarmasin. Sehingga gue memutuskan kembali melihat jadwal penerbangan. Memastikan kalau gak ada info yang terlewat. Namun, sama saja. Tujuan Banjarmasin check in di meja 1 dan 2.

Salahnya gue adalah sama sekali tidak tahu tiket gue kelas apa.

Dengan kesotoyan level dewa, gue pun ikutan antre di meja 2. Ada sekitar lima orang bapak-bapak dengan kemeja rapi dan celana bahan di sana. Mereka tampak seperti pengusaha atau sejenisnya. Lalu gue menatap diri sendiri. Baju kaos, celana pendek cargo, dan sepatu converse butut. Gue kumuh sekali.

“Mas, mau ke mana?” tanya seorang perempuan yang duduk di balik meja 1, alias loket Sky Priority.

“Ke Banjarmasin, Mbak,” ucap gue seraya memperlihatkan kode booking.

Dia mengernyitkan dahi. “Ada kartu Garudanya?”

“Gak ada,” jawab gue. Jangankan kartu Garuda, kartu belanja Indomaret aja gak punya. “Tadi saya liat di jadwal penerbangan, kalau tujuan Banjarmasin check in di sini,” ujar gue, buru-buru meluruskan asumsi perempuan ini sebelum dia menyangka gue macam-macam.

Seiring gue menjelaskan, wajahnya berangsur-angsur maklum.

“Ya sudah. Mana KTP-nya?”

Gue keluarkan KTP dari dompet, lalu menyerahkannya. Sesaat kemudian perempuan itu mengurus proses check in gue di meja 1. Huahahaha! Gue check in di Sky Priority, men! Kelas gue tinggi! Semua orang harus tahu ini!

Setelah perempuan itu selesai mengurus tiket, bagasi, serta airport tax, gue diarahkan ke langkah selanjutnya.


Ketika menginjakkan kaki di pesawat, gue sudah bisa merasakan perbedaan antara Garuda dan pesawat yang biasa gue tumpangi. Gue disambut oleh seorang pramugari yang berbeda.

“Selamat pagi,” ucap seorang perempuan yang berdiri dekat pintu. Ia memakai seragam hijau dan rok motif batik. Tinggi badannya sedang, kulitnya putih, dan mukanya... Bentar, bentar. Mukanya, kok, agak tua ya?

Anjrit! Kok pramugarinya tua, sih?!

Kepala gue mulai berputar-putar mencari sosok pramugari muda dan seksi. Tetapi yang gue temukan justru layar-layar kecil. Benda itu tertancap di tiap-tiap kursi. Benda itu menyala dan menampilkan gambar pesawat. Wiiiih... Canggih, coi!

Perhatian gue mudah sekali teralihkan.

Gue menaruh ransel ke atas cabin, lalu duduk di samping lorong. Beberapa pramugari terlihat lalu-lalang. Baru gue sadari, mereka rupanya sangat heterogen. Gue menemukan adanya perbedaan umur yang jelas di antara mereka. Ada yang tampak lebih tua dibanding yang lain, dan sebaliknya. Selain itu, tiap-tiap mereka memakai seragam sama namun beda warna. Ada yang hijau, oranye, dan biru. Mungkin ada pesan tersirat dibalik itu, tapi gue nggak mau sotoy.

Belum sampai setengah jalan, para pramugari sudah sibuk menawarkan koran. Gue menolak. Tidak lama, mereka kembali datang memberi makanan. Gue makan penuh suka cita. Beberapa menit setelahnya, mereka datang lagi. “Mau minum, Mas?”

Gue berpikir sejenak. Pengen minum, sih. Cuman takut kalau bayar karena setahu gue yang gratis hanya makanan. Akhirnya gue bilang, “Nggak, Mbak. Makasih.” Lalu, bapak-bapak samping gue minta kopi. Pramugari meraciknya lalu memberikannya kepada bapak itu. Dan, GAK BAYAR. Kampret!

Satu hal lagi yang berbeda dari Garuda yaitu layar kecil di tiap kursi. Benda ini multifungsi sekali. Gue pikir cuman untuk nonton film, acara televisi, denger lagu, dan hiburan lainnya. Tetapi layar ini juga berfungsi untuk demonstrasi yang biasa diperagakan pramugari. Gue hanya bisa melongo. Selain itu, kita juga bisa mengetahui keberadaan kita melalui peta. Canggih! Gue berasa norak abis.

Selain itu, penumpangnya juga sedikit beda. Biasanya ada aja, tuh, penumpang yang suka grasak-grusuk, bawa kardus banyak banget, pengennya buru-buru. Untung di Garuda penumpangnya rileks, jadi terasa lebih nyaman.

Selebihnya penerbangan dengan Garuda sama seperti biasanya. Secara keseluruhan: ENAK, COI! Cuman yaaa... ada barang, ada harga.

14 comments:

  1. Naik Garuda memang nyaman sih. Aku justru paling sukak makan rendangnya. :D *lah* *dikira review makanan*

    ReplyDelete
  2. Sekali-kali atuh kan bisa menikmati maskapai yang kualitas dan harganya sepadan. :D

    ReplyDelete
  3. memang selalu begitu ya bang ada barang ada harga. barang berkualitas tentu harus di tembus dengan harga yang gk sedikit juga.

    ReplyDelete
  4. asiik, gue juga pernah waktu lomba pulang pergi pake garuda *.* emang asli keren beut dah! tapi gue agak sedikit nyesel sih, soalnya gue lupa nyobain... TOILET NYAA !!! :"

    ReplyDelete
  5. Gue nggak pernah naik pesawat. Pengeeennn! :(
    Ngg. Ada es dawet nggak, sih?

    ReplyDelete
  6. Garuda emang keren. Tapi ada juga Batik Air nggak sekalian dicoba mas? 11-12 lah kerennya. Gue kalo pulang ke Bandung dari Manado biasanya pake Batik Air dan nyaman. Huehehe.

    ReplyDelete
  7. Aihhh... Gue naksir sama terminalnya coy. Gue cuma pernah naik anaknya Garuda, Citylink.. Biasa aja ternyata. Garuda gratis semua kayaknya ya? Kalo layar di kursi itu bisa dibawa, gue bawa juga dah. Hahaha

    ReplyDelete
  8. ngeri bang naik pesawat.. takut tinggi soalnya XD

    ReplyDelete
  9. Ada barang, ada harga. Iya banget. Kayaknya asik bangeeeeeettt, harus dicoba! *nyari duit di emperan*

    ReplyDelete
  10. Penyesalan seumur hidup: Gak minta minum sama pramugarinya :))

    ReplyDelete
  11. Bener bangeeeeett! Garuda emang enak banget pesawatnya huhuhu :'''(( sayang cuma mampu naik airasia itupun kudu gigih menabung dan cari promo. Tapi kapan-kapan kudu nyobain! Wkwk

    ReplyDelete
  12. Aku malah belum pernah naik garuda -__-

    ReplyDelete
  13. Pramugari dan pramugaranya emang tua-tua, tapi berpengalaman dan matang :)

    ReplyDelete

Powered by Blogger.