Tahun Baru Kena Apes!
Menjelang
tahun baru, satu per satu teman gue pergi. Ada yang pulang ke kampung
halamannya di Padang, pergi ke Kalimantan untuk penelitian, dan ada juga yang
berlibur ke Jogja. Tinggal gue sendirian di Malang.
Beruntung
Pusat Layanan Psikologi, tempat di mana gue kerja, mengajak piknik ke kebun
durian tanggal 31 Desember. Sebenarnya gue sangat benci sama buah durian. Dari
baunya aja kayak muntah Dajjal. Lalu daging buahnya yang lengket-lengket berwarna
kuning. Apa enaknya?! Gue benci segala hal tentang durian. Bahkan gue benci pop
ice rasa coklat yang masih ada bekas rasa duriannya. Itu... hoeks!
Mau
gak mau gue harus ikut daripada kesepian. Untungnya tiga hari sebelum acara
itu, gue sudah melatih indera penciuman agar akrab dengan bau durian. Gue
berlatih menggunakan permen Sugus.
Malamnya,
sekitar pukul delapan, gue pergi bersama Okky, cowok tulen dengan wajah
kebapak-bapakan. Kami memutuskan malam tahun baruan bareng karena kami punya
satu kesamaan, yaitu sama-sama kesepian. Kami berkeliling kota untuk mencari
tempat makan enak. Pilihan kami tertuju pada Baegopa, warung makan gaul di
Malang. Begitu sampai di sana ternyata waiting
list-nya panjang banget.
Dalam
hati gue ngomong, “Yaudah, gapapa nunggu.
Sudah lama juga gak makan di sini.” Namun Okky bilang, “Cari tempat lain
aja deh.”
Sebenarnya gue mau menolak tapi gue lagi malas berdebat. Akhirnya gue
jawab, “Oh, ya sudah kalau gitu.”
Setelah
makan sate di pinggir jalan, kami lalu pulang. Di kontrakan Okky, kami menonton
tv sambil rebahan. Meskipun ada teman, ternyata malam tahun baru gue tetap
menyedihkan.
Kemudian gue main hape. Gue membuka Path. Di sana, gue melihat update-an
foto seorang teman yang sedang makan di Baegopa, namanya Ila. “Tuh, Ky. Si Ila
barusan makan di sana,” ujar gue sambil kasih hape ke dia.
“Ya
sudah, Us. Sudah terlanjur makan,” katanya. “Eh, kamu lagi chatting sama Ila?”
“Gak.
Emang kenapa?”
“Nih,
ada chat baru masuk dari dia.”
“Oh
ya?” Tumben Ila kirim chat ke gue. Karena penasaran, gue lihat layar hape, lalu gue baca isinya.
“TUH,
KAN, KY! HARUSNYA KITA TADI MAKAN DI SANA! FIRASAT GUE BILANG GITU, KY! FEELING GUE BEDA!” teriak gue sambil
menggoyang-goyangkan badan Okky.
Namun gue sedikit kesal. Buat apa Ila pakai lapor segala? Jadi, gue balas
sekenanya aja. Gue nggak mau tahu informasi lebih.
Lalu Ila membalas.
“Bangsat!” dalam hati gue.
“Ngapain dia kasih informasi begini ke gue?! Mau bikin gue sakit hati? Untung
cewek. Kalau cowok, gue patahin juga lehernya.”
“Kenapa,
Us?” tanya Okky.
Gue tunjukkin pesan dari Ila. “Untung gak jadi makan di sana, Ky,” kata gue.
Sumpah.
Hampir aja tahun baru gue bakal suram. Beruntung semesta masih ingin gue
menghirup napas di tahun depan. Gue nggak ngerti, deh, kalau malam itu beneran
ketemu mantan bersama seseorang yang entahlah itu siapa.
Malam
tahun baru gue pun berakhir seperti malam-malam biasanya. Tidak ada hal yang
spesial. Begitu juga saat gue bangun keesokan paginya. Gue menjalani hari
seperti biasa.
Saat
lagi cuci muka di kamar mandi, tiba-tiba gue kepikiran kejadian tadi malam.
Hati gue mendadak perih, seperti ada luka yang belum sembuh. Ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa hari ini adalah tanggal jadian kami, 1 Januari, yang
mungkin kalau saat itu kami tidak putus maka usia hubungan kami sekarang
mencapai tiga tahun.
Gue kembali sadar. Cepat-cepat
gue buang pikiran itu dan mulai membasuh muka dengan air segar.
Setelah
maghrib, gue pergi nonton bareng Lintang, sahabat gue asal Banjar yang juga
kuliah di Malang. Kami mau nonton film Ngenest di bioskop Mandala. Filmnya dimulai
pukul 7.45, kami baru berangkat pukul 7.10. Sementara kos Lintang dan bioskop
Mandala jaraknya kayak dari Sabang ke Merauke. Jauh gila.
“Kira-kira
sempet gak, ya?” tanya gue sambil menyetir motor. “Belum ambil duit, nih. Belum
isi bensin juga.”
Gue
pun menarik gas motor lebih kencang. Begitu sampai di daerah alun-alun Malang,
tiba-tiba motor gue mati kehabisan bensin.
“Tang, kayaknya gak bakal sempat, deh, nonton di Mandala. Kita nonton di
Malang Town Square aja, ya? Gapapa mahal sedikit.”
Lintang
setuju.

Kami
tiba di Malang Town Square sekitar pukul delapan. Sementara film dimulai pukul
sembilan. Masih ada waktu satu jam buat kami mengobrol di kafe. Gue
menceritakan kepada Lintang tentang kejadian tadi malam yang hampir membuat gue
bunuh diri.
“Kayaknya
gue bakal menjomblo dalam waktu lama, deh, Tang. Jujur gue masih sering keinget
dia,” jelas gue sambil menyeruput es teh.
Lintang
menyimak sambil menceritakan masalah percintaannya juga yang persis seperti gue.
Kami sama-sama punya kenangan yang membekas. Sulit bagi kami memerdekakan hati dari perbudakan masa lalu.
Usai
mengobrol, kami pun beranjak menuju studio. Lintang berjalan duluan dan gue
mengikuti di belakang. Kami masuk agak terlambat, sementara kursi sudah ramai
diduduki penonton. Gue menyisir pandangan sekilas. Kursi sebelah kanan studio
masih banyak kosong. Sementara kursi sebelah kiri ramai. Tanpa sengaja, mata
gue tertuju pada salah seorang perempuan. Wajahnya
seperti gue kenal. Dia duduk bersebelahan dengan cowok berjaket hitam. Sontak gue mengalihkan pandangan. Dan saat itu juga, rasanya jantung gue
mau meledak.
Gue
tetap tenang mengikuti langkah Lintang. Begitu sampai di tempat duduk, gue mehempaskan tubuh,
lalu setengah berteriak, “ANJRIT!”
“Apaan
anjrit-anjrit?” Lintang heran.
“Lo
gak liat tadi? Sebelah kiri?”
Lintang
menggeleng.
“Ada
si dia! Dia bareng mantan pacarnya
dulu yang sekarang balikan lagi! Mampus, Tang. Mati gue!”
Lintang
gak percaya. Dia mencoba menengok ke kursi barisan bawah namun tidak kelihatan.
Gue sebenarnya juga agak ragu. Itu beneran dia atau gue yang salah lihat? Tapi
kemarin hampir aja ketemu. Dan yang namanya kebetulan gak mungkin datang dua
kali. Jadi, untuk sementara, gue beranggapan bahwa gue salah lihat. Semoga...
Sepanjang film gue ngakak bareng Lintang. Kami
juga sok-sok komentarin kekurangan filmnya. Padahal kami tahu apa soal film?
Lintang cuman aktris terbaik teater jaman dia SMA. Sedangkan gue cuman penulis
cerita yang film pendeknya menyabet tiga piala sekaligus. (INI MERENDAH TAPI
KOK SOMBONG, YA?!)
Begitu
film selesai, gue masih kepikiran, “Yang tadi beneran dia bukan, ya?”
“Kalau
itu bener mantan lo, kayaknya dia juga nungguin kita pergi. Jadi mending kita
duluan,” ujarnya sambil mencolek lutut gue.
“Tapi
ke toilet dulu, ya? Kebelet pipis, nih.”
Lintang
mengiyakan.
Di
dalam toilet sudah ada dua orang laki-laki. Gue masuk dan memilih pipis di urinoir.
Dua orang laki-laki tadi keluar, jadi tinggal gue sendiri. Tidak lama, datang seorang laki-laki berjaket hitam. Gue menoleh ke dia. Dia menoleh ke gue. Mata
kami bertemu. Dalam hati gue berbisik, “Mampus!”
Gue
buru-buru keluar. Namun ternyata Lintang masih di dalam. Terpaksa gue
menunggunya di dekat pintu toilet. Saking lamanya Lintang di dalam,
sampai-sampai cowok berjaket hitam itu keburu keluar. Dia berjalan lalu berhenti
di samping gue. Di sepanjang koridor hanya ada kami berdua. Pastinya dia juga
menunggu seseorang di toilet cewek.
Gue
tidak tahu, dia kenal gue atau tidak. Kalau misalkan kenal pun gak mungkin dia
memanggil gue lalu sok akrab. “Eh, lo Daus mantannya si dia, kan? Kenalin gue
cowok barunya. Jadi gimana? Sudah move
on?”
Kalau
dia berani ngomong begitu, huh, awas aja! Gue bakal jawab, “Ya belum lah!”
Terus gue berjalan mendekatinya, memeluk tubuhnya, lalu menangis kencang.
Begitu dia merasa iba, gue patahkan lehernya.
| Mampus lo! |
Dari
luar toilet, gue mendengar suara pusaran air kloset di-flush. Berarti sebentar lagi ada yang keluar. Tidak masalah kalau yang keluar adalah Lintang. Tapi kalau bukan, maka matilah gue. Gue mendadak bingung. Gue harus apa nanti. Akhirnya gue membuat dua pilihan
yang mungkin gue lakukan:
- Gue mengambil kunci motor lalu menusukkannya ke bola mata sendiri, atau
- Gue berlari keluar bioskop sekencang-kencangnya, dan membiarkan Lintang sendirian.
Kedua
tangan gue mulai dingin. Dada berdebar-debar kencang. Namun gue mencoba stay cool. Apapun yang terjadi.
Kemudian,
dari balik pintu toilet, perlahan muncul sepasang kaki perempuan. Dia memakai
rok pendek merah, atasan knit turtleneck tanpa
lengan. Perempuan itu berjalan ke arah gue. Kami berdua meninggalkan cowok
berjaket hitam itu sendiri.
“Anjir,
Tang! Cowok itu, yang berdiri di samping gue, beneran pacarnya si mantan. Gue
pernah lihat mukanya di foto!” kata gue setengah panik.
“Yakin
lo?!”
“Sumpah!
Masa lo gak ketemu dia tadi di toilet?”
“Enggak. Cuman tadi ada satu wc yang lagi
dipakai. Tapi gue gak tahu siapa.”
Kami
berdua hening. Tiba-tiba dari belakang gue dengar suara perempuan berbicara.
Jaraknya cukup jauh tetapi dalam keadaan sepi seperti itu, suara apapun pasti terdengar.
Gue kenal banget suara itu. Gue pun mengajak Lintang untuk mempercepat langkah.
Namun
sial tak dapat ditolak. Kami mengambil motor di lantai dua. Harapannya semoga
kami nggak ketemu mereka lagi. Begitu motor gue turun, lalu meluncur ke pos
parkir, ternyata mereka sudah mengantre duluan. Lintang pun memukul pundak gue.
“Anjir! Ternyata beneran mantan lo!”
“KAN
UDAH GUE BILANG DARI TADI?!” Gue emosi.
“Duh,
kenapa gue jadi gugup?”
“KENAPA
LO JADI CURHAT?!” Gue makin emosi. Harusnya gue yang bilang begitu.
Bodohnya, gue malah memilih antre di samping mereka. Jadi kami persis bersebelahan.
Namun kami sama-sama membuang muka, pura-pura gak liat. Alasan gue tidak menegur jelas, karena itu sama aja kayak bunuh diri.
Tangan
gue semakin dingin. Jantung gue sudah keluar dari rusuknya dan siap untuk meledak. Sepanjang antrean gue
hanya diam. Lalu Lintang memberi gue satu permen karet. “Nih, biar lo nggak
tegang,” katanya.
Begitu selesai membayar parkir, mereka keluar mal. Kami menyusul di belakang. Namun motor mereka berjalan pelan. Entah mau bikin gue panas atau emang mesin motornya lemah, gue nggak tahu. Daripada gue emosi, akhirnya gue menyalip mereka dari samping kanan, dan kemudian berpisah.
Sumpah. Kejadian ini tidak akan pernah gue lupakan. Ini adalah kejadian paling bangsat yang pernah gue alami seumur hidup.
Gak
pernah gue bayangkan sebelumnya, di saat gue belum benar-benar lepas dari masa lalu,
tapi dia justru datang bersama orang baru. Dia berpindah terlalu cepat dari
cerita yang kami bangun cukup lama itu. Padahal rasanya baru seminggu yang lalu
dia duduk di jok belakang motor gue, menyuapi makanan ringan yang kami beli di
pinggir jalan. Namun sekarang, yang gue lihat dia sudah duduk di motor yang
lain, bersama orang lain.
Tampaknya
Tuhan memang ingin mempertemukan gue dengan dia dan pacar barunya. Ia seakan
ingin menunjukkan, “Ini loh, cewek yang kamu pikirkan tiap malam. Sekarang dia
sudah sama orang lain.”
Sebagai manusia, kalau skenarionya sudah seperti itu, gue bisa apa? Bahkan mau protes pun tidak bisa. Namun kalau diizinkan bertanya, mungkin gue akan bertanya begini, “Tapi kenapa harus di tanggal 1 Januari, tanggal jadian kami?”
Tuhan mungkin menjawab, “Gapapa. Biar rasanya
lebih sakit aja. Kadang, manusia harus dikasih jera dulu baru mau berhenti.
Sama kayak kamu. Aku bikin kamu sakit hati biar kamu berhenti mengingat-ingat
dia lagi.”



ciyee susah move on bro :D saya doain moga mantanmu cepet putus sama cowoknya #loh...
ReplyDeleteAmin-kan tidak, yaaa? Hmm..
DeleteWaduh ini sih kampret betul bisa pas begini. Itu si cowok bawa motornya cupu banget sengaja dipelanin woi emosi nih gue.
ReplyDeleteSabar Riz, sabar...
Deletegue tau sakitnya gimana, us, duh
ReplyDeleteparah juga ketemu mantan lu sama cowoknya yang seharusnya jadi tanggal jadian kalian. Jadi, kalau lu bisa inget-inget dia lagi, kenapa gak lu coba (lagi) buat lupa tentang dia~
Sudah. Namun sulit :))
DeleteMas daws tulisannya keren. Soalnya ceritanya yaudah nasibmu mas. Sabar ya
ReplyDeleteMakasih Aroel.. Iya nasipku tampak kurang baik.
DeleteBangkheee. Cerita ngenes lu bikin gue ngakak. Kayaknya kalo cerita percintaan gini asyik ya dibuat komedi. Itu segala patahin leher di-call back pula. Ntap, Us. Keceeehh. :D
ReplyDeleteGue juga tahu sakitnya gimana pas lihat dia udah sama pacar barunya, sedangkan gue masih sayang.
Semoga cepat move on! :p
Tengs broh... Mmm move on? Kita lihat nanti...
Deletewkwkzz.z... pasti sakit tuuh.. udah cumajalan berdua, sama temen cowok pula. eeh endingnya ketemu mantan. tapi.. kayaknya udah ditakdirkan deh mas, buktinya niatnya gak ke matos, tp jadinya kesitu. waktunya move on!!!
ReplyDeleteLintang itu cewek, anyway. Hahaha. Emang sih namanya bisa dipake sama cewek atau cowok.
DeleteSama gue juga gak suka sama durian, pernah nyobain dikit langsung muntah Huahahah :D
ReplyDeleteUntung malem tahun baru'a gak ngenes, kalo jadi ketemu mantan apalagi lagi sama seseorang. Tragis sudah awal tahun 2016 lu :D
Kan emang tragis? :))
DeletePanjang tapi seru nih. Hahaha. Canggung banget pasti tuh. :))
ReplyDeleteMau gak mau harus panjang. Gak bakal seru kalo dipotong2.
DeleteBanget pak :))
Miris. Tapi padahal ketemu biasa aja jangan ngehindar, ya walaupun masih sayang atau belum move on. Hehehe.
ReplyDeleteBakalan canggung mbak kalo gak menghindar. Serius.
DeleteBhahahahahhangsiaaattt. Gu baca ini dari pertama entah pengen nangis miris apa ketawa ngeledek. Parah!
ReplyDeleteDan ini, "Terus gue berjalan mendekatinya, memeluk tubuhnya, lalu menangis kencang. Begitu dia merasa iba, gue patahkan lehernya." KAMRET! HAHAHAHAHHA. Gue ngebayanginnya kocak banget. Lu niat amat yak sama doi.
Hmmm, kayaknya lo perlu memahamin salah satu kalimat nasihat ini deh. "Tuhan ngebiarin kamu sakit hati, karena dia cemburu jika kamu berharap atau terlalu mencintai makhluknya, bukan DIA yang nyiptain kamu."
Ketawa aja gapapa, ketawa :))
DeleteHmm bener juga ya. Itu dulu kalimat yang gue pegang tapi sekarang entahlah, mungkin sudah gue buang. Huft.
Wah mantannya kebetulan sekali itu...
ReplyDeleteRada nyesek gimana yaa jadinya. Yang tabah broo, tuhan bakalan ngasih yang lebih baik dari mantan lo kok.
Suram suramm....
wis gaya tahun baru ketemu mantan wkwkw
ReplyDeletedan ketika kamu sakit, dia datang padamu dan kamupun tersenyum senyum girang
ReplyDeleteTaun barunya perih-perih gimanaa gitu.keselek kenangan
ReplyDeleteecieee eicee ketemu mantan sama cowoknya
ReplyDeleteseng sabar ya mas, pengalamannya harus jadi pelajaran wkwk
hahaha sabar gan., mungkin ada hikmah dibalik itu semua..:D
ReplyDeletedan seketika lagu terjebak nostalgia ke play :)
ReplyDeletesetiap kehilangan pasti pertanda ada yang lebih baik yang akan datang ;) semangat kak dausss :D
ReplyDeleteBelum juga ketemu di pelaminan jadi undangan. #kabuuur
ReplyDeleteQuotes akhirnya bikin baper alam semesta ih.
ReplyDeleteTerus apa kabarnya gue nih yang kost.anya sebelahan sama mantan yang udah punya pacar lagi. Jangan dibayangin deh ya. NGERI!!!
Akhirnya aku membaca cerita ini :')
ReplyDeletePedih tapi ngakak, duh :')
Gila... atmosphere ky nnton efsun bahar --"
ReplyDeletecintamu dalam bgt mas :D
ReplyDeleteduh! mampus deh, tapi itu semua bearti lw masih sayang dong ama mantan dan masih blom bisa move on. yang kuat yah... takut ketemu lagi
ReplyDelete