Pekerjaan Yang Minta Di-Wing Chun Banget

Perasaan apa yang muncul jika kalian mendengar kata ‘tukang parkir’?

Senang?

Biasa-biasa aja?

Atau, justru sebal, marah, dan bawaannya mau wing chun orang?

Sebagian dari kita beranggapan, tukang parkir sama seperti pekerjaan-pekerjaan lainnya: wajar, tidak ada yang salah. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa tukang parkir itu hanya kedok. Aslinya, mereka adalah preman yang suka memalak.

Berdasarkan pengalaman, ada dua jenis tukang parkir di Indonesia, yaitu Tukang Parkir Baik Hati, dan Tukang Parkir Minta Di-Wing Chun. Seperti apakah mereka, mari kita bahas satu per satu.

Tukang Parkir Baik Hati adalah sesosok (biasanya lelaki) yang mengenakan rompi dan mengalungi peluit. Ada kemungkinan besar, dia keturunan Mahatma Gandhi. Soalnya dia memiliki hati yang luar biasa lembut, ikhlas dalam bekerja, dan baik bertutur kata. Juga, dia memiliki senyum yang ramah. Tukang Parkir Baik Hati populasinya tidak banyak sehingga sulit dijumpai. Kita akan bertemu jika sedang beruntung saja.

Ciri-ciri Tukang Parkir Baik Hati antara lain:

• Membantu kita memarkir dan mengeluarkan motor
• Membantu kita menyeberang jalan
• Membantu kita mengerjakan skripsi, dan
• Mengelap jok motor kalau basah

Sementara, Tukang Parkir Minta Di-Wing Chun adalah sesosok manusia yang... KURANG AJAAAR!!!

(Oke, Us. Rileks. Santai... Tenang...)

BAJINGAN KALIAAAN! KEMBALIKAN UANG DUA RIBUKU!

Hufh.. Hufh.. Astaghfirullah.

Kalian tahu kenapa gue sebegitu bencinya sama tukang parkir jenis ini?

Itu semua berawal di sebuah sore bertahun-tahun lalu. Gue ada janji sama Madan ketemuan di landmark-nya kota Banjarmasin, yaitu Pantai Jodoh. (Tidak, kami berdua tidak ada hubungan spesial apapun. Hanya berteman. Percayalah.)

Pantai Jodoh pun sebenarnya bukan pantai. Hanya sebuah sungai yang memanjang, dan tepiannya sering dijadikan tempat nongkrong bagi anak muda. Nah, berhubung sungai itu cukup panjang, jadi ada banyak spot untuk memarkir motor. Saat itu, gue memarkirkan motor di spot terdekat.

Gue masuk ke celah kosong, di antara barisan motor yang telah diparkir lebih dulu. Tetapi gue tidak turun. Gue mengeluarkan hape untuk menghubungi Madan. Ternyata, Madan berada cukup jauh dari tempat gue itu. Akhirnya, gue mengeluarkan motor lagi dari barisan.

Ternyata eh ternyata, dari sebelah kiri datanglah sesosok makhluk ghoib menghampiri gue. “Parkirnya, Mas!”

Lah, gue kaget dong?! Gak ada semenit! Bahkan, gue tidak turun! APA-APAAN?!

Cuman ya ujung-ujungnya gue kasih uang, soalnya tukang parkir itu mukanya sangar. Gue kasih uang seribu.

“Dua ribu, Mas!”

EKAMPRET! DIA NGELUNJAAAK!

Yaudah, tetap gue kasih dua ribu. Sebenci-bencinya, gue tetap nggak berani. Dan, kejadian itulah yang mengawali perasaan benci ini kepada sebagian oknum tukang parkir.

Bertahun-tahun kemudian, rupanya populasi Tukang Parkir Minta Di-Wing Chun ini semakin bertebaran. Ada di mana-mana. Bahkan di sebuah tempat yang sebenarnya nggak butuh tukang parkir, tapi kenapa mereka harus ada, gitu loh?

ATM, misalnya.

Untuk apa siiih ada tukang parkir ATM? Itu... useless banget. Serius.

Gue pernah sama teman mampir ke ATM yang ada tukang parkirnya. Teman gue turun, mau ambil uang. Gue tetap duduk di motor karena emang nggak mau ambil uang dan nggak perlu turun. Lah, si tukang parkirnya samperin gue lalu marah-marah! “Sengaja nih gak turun biar gak bayar. Sana parkir agak jauhan!” katanya.

Kan, bangke? J

Indomaret, juga.

Ya Allah. Gue cuman beli air mineral doang, yang harga normalnya empat ribu. Malah jadi lima ribu lima ratus gegara parkir, kantong kresek, dan pajak. Ya Allah.

Pertanyaan gue, sebenarnya job description tukang parkir ini apa sih?

Ada tukang parkir yang kerjaannya duduk-duduk aja, begitu orang mau pergi, dia menghampiri. Pas dikasih duit, dia pergi lagi! Minta di-wing chun banget, sumpah.

Juga, ada tukang parkir yang baru aja gue naruh pantat di jok, dia udah stand by berdiri di samping. Nungguin dikasih uang. Belum lagi gue ambil kunci, pasang earphone, pasang helm, colok kunci, nyalain motor, ngaca di spion, dan lain-lain. Akhirnya, gue sengaja lama-lamain biar dia ngerasa awkward berdiri gak jelas di samping gue.

Mampus lo!

Hufh..

Tetapi ya... gak semua tukang parkir begitu. Ada kok yang dia benar-benar bekerja. Ikhlas mencari nafkah dan ridha Allah.

Bisa diibaratkan fenomena ini kayak statement ‘Islam agama yang kasar’. Padahal Islam datang untuk kebaikan dengan cara yang baik-baik. Hanya saja, ada sebagian orang yang belum paham betul makna Islam sehingga mereka berlaku dengan ‘tidak-baik-baik’. Lantas, bukan berarti kita boleh memukul rata semua orang Islam berlaku seperti itu. Ya kan?

Ingat, hanya oknum-oknum yang tidak paham saja.

Begitu pula tukang parkir. Hanya oknum-oknum tertentu saja yang perilakunya minta di-wing chun.