Ada Cewek dari Tinder, Bikin Baper

Semenjak jomblo, ada banyak perubahan yang terjadi dalam diri gue. Salah satu yang paling kentara ialah naluri lelaki yang semakin liar. Entah kenapa, belakangan ini gue jadi getol banget mencari cewek untuk digebet. Seakan-akan, gue tak bisa hidup tanpa seseorang untuk disepik.

Sebenarnya, keinginan gue bukanlah untuk mencari pacar, melainkan mencari teman chatting. Mendapati handphone sepi seharian itu rasanya sungguh menyedihkan.

Nah, demi mendapatkan teman chatting atau teman mengobrol, gue memiliki tiga cara. Pertama, dimulai dari yang paling kecil tingkat keberhasilannya, yaitu nongkrong di cafe. Biasanya, gue nongkrong bersama teman-teman cowok sesama fakir asmara. Kami selalu memilih cafe yang sekiranya banyak dikunjungi cewek-cewek cakep.

Cara ini umumnya diawali dengan memijakkan kaki ke lantai cafe, lalu diiringi tatapan mata yang siap menyapu penjuru ruangan. Hal tersebut bertujuan untuk mendeteksi, di manakah letak meja yang “pemandangannya” bagus. Setelah itu, kami semua duduk. Obrolan dibuka dengan pertanyaan sederhana, “Lo lihat gak?”

Entah saking akrabnya atau bagaimana, sering kali pertanyaan itu tak perlu diperjelas lagi, kami sudah saling paham. Salah satu di antara kami pun menjawab, “Jarum jam ke 6. Pakai kacamata. Kerudung biru. Di dahinya ada tahi lalat.”

Klik! Target terkunci! Maka jadilah, cewek itu objek “pemandangan” kami.

Seperti yang gue ucapkan tadi, cara ini tingkat keberhasilannya kecil. Hal tersebut disebabkan oleh mental kami yang cemen. Dari sepuluh kali nongkrong di cafe, yang betul-betul berani ngajak kenalan ya paling... ‘nol’ kali. Alias gak ada.

Lanjut. Kita beralih ke cara nomor dua, yaitu minta kenalan dari teman. Tingkat keberhasilannya mungkin 50%, karena sudah ada kesamaan di antara kedua belah pihak. Caranya juga mudah. Tinggal minta kontaknya, hubungi orangnya, lalu ajak ikut MLM.

Maaf. Maksudnya, ajak kenalan.

Kenalan pun jadi lebih mudah karena kita bisa dapat informasi tentang gebetan dari teman. Rumahnya di mana, hobinya apa, makanan favoritnya apa, sudah menikah apa belum.

Tetapi, kelemahannya hanya satu: kita punya teman menyebalkan! Sebenarnya gue nggak pernah mencoba cara ini. Sama sekali. Bukan karena alasan macam-macam. Cuman karena teman gue aja yang malas ngenalin temannya ke gue. Udah. Gitu doang. Nyebelin, kan?

Cara terakhir, yaitu menggunakan aplikasi kencan online. Tinder.



Gue punya cerita menarik tentang aplikasi ini.

Dua minggu terakhir, gue dekat dengan seorang cewek dari Tinder. Saking dekatnya, kami sampai tuker-tukeran sosmed. Mulai LINE hingga Path. Namun, kedekatan ini tidak serta-merta gue dapatkan. Hampir lima bulan lebih gue pakai Tinder, tapi nggak pernah sekalipun gue match sama cewek yang benar-benar tipe gue.

Sudah berbagai macam foto gue pasang. Ujung-ujungnya match sama orang yang tiap kali melihat fotonya, gue selalu bergumam, "Kok gini sih?!”

Hingga pada suatu malam minggu, gue ketemu sebuah akun Tinder. Fotonya tipe gue banget: berkacamata. Secara fisik, oke. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung gue superlike—fitur Tinder yang ketika kita tekan, akan memunculkan notif pada orang yang dituju.

Mulanya gue nggak berharap banyak, mengingat track record gue dalam aplikasi ini sangat buruk. Selang tiga puluh menit kemudian, gue dikejutkan dengan kenyataan bahwa gue match dengan cewek itu. Sebutlah ia Bunga.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia yang memulai chat duluan.

Saat itu pukul setengah satu malam. Kami mengobrol banyak hal. Gue nggak nyangka bisa ketemu cewek yang tipenya gue banget, dan ketika ngobrol nyambung bahkan seru. Ada banyak sekali kebetulan dan kesamaan di antara kami. Lalu, obrolan pun berakhir pukul setengah empat pagi.

Di akhir obrolan, Bunga bilang, “Mas, ada LINE nggak?”

Wah! ucap gue dalam hati. Gue seneng dong.

Gue: “Ada. Kenapa? Mau add ya?”
Bunga: “Iya. Kalau boleh sih...”
Gue: “Oke. Sebentar, ya. Aku ganti profile picture yang agak bagusan dulu.”

Singkat cerita, obrolan kami pun berpindah ke LINE.

Tetapi, jangan pikir kedekatan ini berlangsung normal. Tidak. Tidak sama sekali. Di hari pertama kami mengobrol, Bunga terang-terangan bilang kalau dia sudah punya pacar.

JENG JENG JENG!

Kalau istilah gaul, tuh, mind blowing! Gimana enggak? Dia tipe gue. Ngobrol nyambung. Dari pesan yang dikirim juga menunjukkan dia tertarik ke gue. Lah, tapi kok punya pacar?

Selain itu, beberapa hari kemudian, dia juga secara terang-terangan bilang kalau bukan cuman gue yang dia chat.

Sebentar, sebentar... pikir gue. Bukan cuman gue? Jadi ada yang lain gitu?

“Iya. Ada tiga yang lain,” ujarnya. Kemudian disebutkannya identitas tiga orang lain itu satu per satu.

Gue cuman bisa bengong.

Beberapa hari kemudian, ketika gue tanya, dia sih bilang, "Tiga orang itu sudah gak kubalas chatnya. Soalnya freak semua." Pada titik ini gue bimbang, apakah harus percaya dengannya atau tidak, mengingat bahwa sebenarnya gue juga freak. Banget, malah.

Di kesempatan yang lain, Bunga juga cerita tentang hubungannya yang di ujung tanduk. Karena satu dan lain hal, gue memaklumi mengapa itu terjadi. Tetapi di sisi lain, tampaknya Bunga juga kesulitan untuk melepaskan. Mengingat kebaikan-kebaikan pacarnya, juga usia hubungan mereka yang mau empat tahun.

Lanjut, lanjut, lanjut. Kami pun mengobrol sangat intens. Setiap hari. Kami saling mengetahui aktivitas satu sama lain. Sehingga menyebabkan suatu hal yang sangat fatal: gue baper!

Oh my God! Gue jadi sering kepikiran dia. Gue jadi cemas kalau chat gak dibalas. Gue jadi pingin ketemu dia. Gue jadi buncit. (Oke, yang terakhir gak nyambung, dan memang dari dulu sudah buncit.)

Gue pun dihadapkan pada beberapa asumsi:
  1. Gue suka dia. Dia juga tampaknya begitu, dilihat dari isi pesan dan intensitas kami mengobrol. Lagi pula, dia sama pacarnya bermasalah. Jadi, hubungan ini tidak apa-apa.
  2. Gue suka dia. Tampaknya dia juga. Tapi, bisa jadi dia juga masih sayang sama pacarnya. Sehingga gue hanya dijadikan subtitusi alias pengganti sementara. Hmm.. Hubungan ini cukup berbahaya.
  3. Gue suka dia. Dia enggak. Dan, dia cuman menjadikan gue teman ngobrol mengisi kesepian. Waduh, ini bahaya sekali!
Sampai di sini, gue jadi ragu-ragu. Apakah hubungan-yang-tidak-jelas-arahnya ini harus dilanjutkan, ataukah cukup sampai di sini?

Berhari-hari gue coba memikirkan ulang asumsi-asumsi tersebut. Semakin ke belakang, entah mengapa terjadi perubahan dari Bunga. Tanda-tanda yang menunjukkan kalau dia tertarik mulai menghilang. Gue semakin takut mengalami sakit hati lagi. Gue nggak mau hubungan ini berakhir seperti percintaan gue kemarin: kandas, dan hampir membuat gila.

Pada dasarnya gue tahu hubungan ini akan berakhir seperti apa. Oleh karena itu, gue tidak ingin hanya karena rasa suka, lalu penasaran, sehingga gue mengorbankan hati ini untuk patah ke sekian kali.

Juga, gue sering mendengar kalimat, “Jangan mendekati perempuan yang sedang patah hati. Karena selain mudah, ia juga murah untuk didapat.” Atau, “Sesuatu yang diawali dengan tidak baik, maka akan berakhir dengan tidak baik pula.”

Akhirnya, dari sekian banyak kesempatan untuk berpikir, semuanya mengarahkan gue pada pilihan untuk berhenti. Sudahlah, cukup sampai di sini saja.

Besar harapan gue agar cerita ini terus berlanjut dengan baik. Tapi mungkin saat ini belum bisa. Waktunya tidak tepat.  Dia masih hilang arah. Dalam artian, dia punya pacar tapi serasa tidak punya. Ketika mencari gebetan, dia bingung sebenarnya untuk apa juga. Sementara gue... ya gue masih takut untuk patah hati lagi.


Gue juga berpikir, mungkin saat ini dia belum sepenuhnya sadar. Masalah-masalah di hidupnya membuatnya sulit berpikir jernih dan cenderung cepat mengambil keputusan. Gue tidak ingin dia memilih gue dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar, dalam pikiran yang tak jernih, dan buru-buru memutuskan.


Sehingga mau tidak mau, satu-satunya cara terbaik, kami harus berpisah dahulu. Untuk kemudian bertemu kembali, saat dia benar-benar sadar akan keputusannya.

14 comments:

  1. Us, Bunga itu nama asli? Apa nama samaran? *ini pertanyaan apa dah*

    Aku. Baper. Baca. Ini. Kebawa senengnya pas baca Bunga itu tipe kamu. Kebawa sendunya pas tau Bunga itu udah punya pacar. Huhuhuhu. Trus memang bener gitu ya, cewek yang lagi patah hati itu mudah dan murah buat didapat? :(

    ReplyDelete
  2. Yhaaa, cewek macam apa itu bunga, udah punya pacar dan chat intens dengan 4 lelaki lain.
    ebucet.

    Kalo gue paling anti baper si kalo ngobrol sama orang hanya via dunia maya. karna selama belum pernah bertemu dan kenal langsung, buat gue mereka masih fana. tidak pernah benar-benar ada.

    ReplyDelete
  3. Intinya adalah. Jomblo itu cuma butuh temen chating, biar gak kesepian. Tapi yang paling bahaya itu adalah jadi baper. Buat org yg patah hati, baper itu musibah karenaa pasti teringat peritiwa lalu. Takut patah hati untuk sekian kali. Ah curhat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baper terus kamu, nak. beseraup dulu sana, biar ndk kelolosan curhat terus :p *perbaiki kaca mata*

      Delete
  4. Bunganya sama tiga cowok lain. Udah kayak di film Her. :"(

    ReplyDelete
  5. Waduh, si Bunga udah punya pacar dan masih aja chat dengan tiga cowo lain selain elu bang.
    Udah keburu baper. Yawlaaa menyedihkan :(

    Jalan satu-satunya ya itu bang, lu harus pergi.
    Cocoknya judul postingan ini, ''Tinder penyebab Baper. '' Asoooy hahahaa :D

    ReplyDelete
  6. Bunganya pasti ramah banget, sampe banyak yg ngechat :')

    ReplyDelete
  7. Us, lo diempatin sama cewek tinder. :(

    ReplyDelete
  8. gue takjub dengan keteguhan hati lo us, tapi gue lebih takjub dengan quote2 dewa yang ada di postingan ini. kita semua tau siapa guru quote lo kok us. Lomemilih guru yg tepat.

    ReplyDelete
  9. *download tinder*

    *mau ngechat tiga cowok juga*

    ReplyDelete
  10. *download tinder*

    *mau banyakin dewilovers*

    ReplyDelete

Powered by Blogger.