Dari Goa Cina Sampai Pos Ronda

liburan ke pantai goa cina malang

“Liburan ke pantai, yuk. Sebelum pada balik ke kota masing-masing, nih,” seru Lintang dengan suara bass-nya. Lintang itu cewek, cuma entah kenapa suaranya kayak cowok. Apa mungkin waktu kecil dia pernah menelan soundsystem, gue nggak ngerti.

Teman-teman yang lain mengiyakan, gue juga. Selama 2 tahun merantau, gue sama sekali nggak pernah main ke pantai Malang. Ini jadi kesempatan buat gue untuk liburan sekaligus nyicipin gimana sih rasanya pantai Malang. Siapa tahu airnya rasa JasJus melon?

Gue punya prinsip, segala sesuatu dilakukan harus dengan persiapan. Begitu pula dengan liburan.  H-1 kami berkumpul di kampus buat ngomongin persiapan.

“Jadi, nanti ceweknya pada siapin makanan, ya? Cowoknya, siapin keperluan transportasi. Jangan lupa bawa jajan sendiri-sendiri,” jelas gue dengan gaya sok pemimpin. Keren.

Besoknya, gue nggak siapin apa-apa.

Sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat, kami semua harus berkumpul di kosannya Ecy jam setengah 6 pagi. Sementara itu, gue baru bangun jam 5 pagi. Belum lagi ngucek-ngucek mata, ngulet  di kasur, terus ngecek timeline Twitter. Itu perlu waktu minimal 45 menit. Gue pun telat. Bodo amat.

Sebelum berangkat, gue persiapkan barang-barang yang mau dibawa, salah satunya adalah: sarung. Alasannya sederhana. 1) Karena mau ke pantai jadi gue pake celana pendek; 2) Udara pagi di Malang itu dinginnya ekstrim. Nah, orang bodoh mana yang membiarkan dirinya pergi memakai celana pendek dengan udara yang dingin gila?

Akhirnya, gue menyiasati ini semua dengan:

blogger salah tulis sarung
Terlihat jauh lebih bodoh, bukan?

“Astaghfirullah...” Adieb tiba-tiba teriak di tengah keheningan pagi, saat kami lagi nunggu anak-anak yang belum datang.

“Apaan?” Gue penasaran.

“Ada kucing hitam tuh di atas mobil. Duh, firasat gue mendadak nggak enak..” ujarnya sambil menunjuk mobil yang diparkir di depan kos Ecy.

Konon katanya, apabila melihat kucing hitam, maka sesuatu yang buruk akan menimpa kita. Sebagai orang yang beriman, gue nggak percaya mitos-mitos begituan. Seandainya mitos kucing hitam itu  memang benar,  warnain aja tuh kucing pakai pilox biru tosca. Selesai.

“Ah, santai aja kali, Dieb,” seru gue, mencoba meyakinkan Adieb kalau semuanya bakal baik-baik aja.
mitos kucing hitam serem
TERJEMAH: "Apa lu liat-liat? Berani?!"
Dari kosan Ecy, kami gak langsung pergi ke pantai. Kami menjemput teman dulu, Nathan, di rumahnya. Kebetulan rumahnya satu jalur dengan destinasi kami.

Sesaat sebelum kami berangkat, nyokap Nathan berpesan, “Eh, jangan bawa barang-barang warna ijo! Soalnya, Pantai Goa Cina itu termasuk pantai selatan.”

Oleh karena itu, beberapa barang pun terpaksa kami tinggal. Syukurlah, gue nggak pakai celana dalam warna hijau. Gue nggak mau si ‘adek’ nanti terkatung-katung selama di pantai.

Perjalanan cukup lama. Dan kami semua nggak ada yang tahu rute menuju Pantai Goa Cina sehingga sering berhenti untuk bertanya jalan.

Setengah jam berlalu... Pantat gue mulai sakit. Satu jam berlalu... Pantat gue mulai mati rasa. Dua jam berlalu... “Kampret! Pantat gue ilang! Kececer di mana yak?! Taaat!!” teriak gue sambil megangin bagian belakang.
petunjuk jalan

Beberapa menit setelah gue kehilangan pantat, akhirnya ada tulisan yang menunjukkan bahwa Goa Cina sudah dekat. Gue berucap dalam hati: Sabar ya, Tat. Bentar lagi nyampe, kok. Gue pun menambah kecepatan motor. Adieb yang lagi ngeboncengin Lintang juga menarik gas lebih kencang sehingga menyalip gue yang ada di depannya.

“LEEET IT GOOOOO!!! LET IT GOOOOOOO!!!” Lintang menyanyi sambil membentangkan kedua tangannya. Laju angin membuat lengan bajunya berkibar seperti bendera. Seandainya waktu itu lagi nggak nyetir, mungkin tangan gue udah siap hormat.

Dan... BRUUKKK!! Tepat di depan gue, Adieb dan Lintang jatuh dari motor. Mereka terguling di aspal.

Gue yang ada di belakang mereka sempat terdiam sejenak lalu bertanya dalam hati, “Ini serius nih jatuhnya?” Pertanyaan itu langsung terjawab ketika gue melihat mereka berdua merintih kesakitan. “Oh, ternyata beneran cuy!” Gue buru-buru bantuin mereka walaupun sebenarnya gak bantuin apa-apa. Gue kalah cepat dibanding bapak-bapak yang kebetulan lewat dan melihat mereka jatuh.

Kami, dan juga bapak-bapak yang entahlah namanya siapa, membawa Lintang dan Adieb ke puskesmas terdekat. Di sana, kami disambut oleh seorang bidan. Iya, bidan.

“Kakinya temen kalian ini harus dijahit di rumah sakit, robeknya cukup dalam,” kata bidan itu.

Dengan sigap, kami meminta bantuan bapak-bapak-yang-entahlah-namanya-siapa tadi untuk mencari mobil sewa, kemudian membawa mereka ke rumah sakit.

~~~

“Itu mereka, tuh..” Kanin menunjuk Adieb dan Lintang yang berjalan tertatih-tatih keluar dari IGD. Mereka menghampiri kami yang sedang duduk di ruang tunggu. Seakan tidak terjadi apa-apa, Lintang melemparkan senyum yang menyebalkan kepada kami semua. Padahal dia baru saja mendapat 6 jahitan di telapak kaki. “Mungkin jahitannya kurang banyak,” pikir gue.

“Yuk, pulang! Udah mau hujan ini...” seru anak-anak.

Kami pun pergi meninggalkan rumah sakit. Adieb dan Lintang pergi duluan dengan mobil, sedangkan gue dan yang lain terpaksa menghentikan perjalanan pulang karena hujan. Kami berteduh di pos ronda pinggir jalan yang terletak gak jauh dari rumah sakit.

“Ehm. Laper nih.” Gue meng-kode. Berharap ada teman yang merasakan hal sama. Dan benar aja, Nathan membalas kode gue, “Yuk. Makan, yuk!”

Liburan kami berakhir dengan makan bersama di pos ronda. Tidak apa gagal ke Goa Cina, yang penting kebersamaannya. Dan dari sana pula, banyak pelajaran yang berguna bagi kami semua.

makan di pos ronda
Dinginnya hujan terkalahkan oleh hangatnya persahabatan. Eaaa.

Lalu, bagaimana nasib Adieb dan Lintang? Entahlah.

29 comments:

  1. wah parah juga ya sampe dapat 6 jahitan. masih untung cuma di telapak. gimana kalau di kepala? serem deh

    ReplyDelete
  2. eh seriusan itu ke pantai pake sarung terus nyetir motor??
    aku dulu pernah miara kucing warna hitam tuh di rumah, alhamdulilah enggak terjadi apa apa. tapi sekarang udah mati T.T

    btw, salam kenal ya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. pake sarungnya ga nyampe pantai sih. hehe cuman sampe rumahnya Nathan itu aja

      Delete
  3. laah.... ini ke goa cinanya ga jadi -,,,-
    seriusan lo pergi naek motor gitu? gokil. gue sih juga mau, tapi masih waras aja sih gue *eeh

    waktu itu pernah juga diajak ke goa cina, sayangnya tempatnya jauh. ketimbang pergi jauh'' gitu, mendingan liatin cwe kampus maen basket. itu kata tmen gue, dan gue mengiyakan.
    yah, yang penting kebersamaannya bner tuh. makan di pos ronda pinggir jalan. coba makannya d tengah jlan, pasti jadi lebih 'berwarna'.

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak jadi -,- kami ga mau bersenang2 di atas penderitaan org lain haha

      hmmm emangnya lo kampus mana? malang juga?

      Delete
  4. Gokil kisahnya. Salutnya tuh kerbersamaan tetap jalan meski barusan dapat musibah. Salam kenal, Mas Fir, dari sesama BE. Selamat datang di BE. Ini kunjungan pertamaku. Tulisanmu lucu dan cara pandangmu lumayan absurd, hihi. Apa beneran sarungnya dipake?

    ReplyDelete
    Replies
    1. trims mbaknya.. hehe kadang gak jelas juga.
      seriuuusss :))

      Delete
  5. ini gue juga masih bingung mitos apa bukan, setiap perjalanan ke pantai goa cina yg terdiri dari beberapa orang dlm satu rombongan pasti ada salah satu yang kena musibah.
    temen gue rombongannya juga pernah kena musibah jatuh dari motor, dan pas gue dan rombongan kesana, temen satu rombongan gue juga ngalamin kecelakaan di perjalanan pulang dari pantai goa cina.
    entah ini mitos apa bukan tp katanya sih emang itu pantai agak 'gimana gitu'.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hah? masa iya fer? serius? hmmm... baru denger eh.

      Delete
    2. serius, mana bohong gue -_-
      ya kali aja emang lagi sial, tapi sialnya juga gak sampe berulang kali denger tiap ada temen kesana pasti ada yg kena musibah

      Delete
  6. ah gue kangen pantai:3
    Anw, temen lo itu mental baja ye. cakep. kenalan dong?

    ReplyDelete
  7. Wajahmu mirip karibnya mantanku T^T apalagi dengan pose dan mimik kayak gitu #apasih
    Tapi, yampun, sarung? Yampun xD lol, hahaha, jadi kayak pakai rok seragam sekolah swasta :p
    Aku pernah juga tuh berencana main ke sana, dan juga nggak jadi :'D
    Ceritanya seruu :D setelah akhirnya bisa konek ke sini :'D harus pakai sim*pati nih kayaknya xD ini aja nebeng wifi bapak aku xD mhehe

    Oh iya, salam kenal yaa ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah... serius? oh ya? tinggal di malang juga?

      haha alhamdulillah akhirnya bisa konek :')

      Delete
  8. Aduh, itu mah emang lagi kena musibah aja.. Gak boleh percaya mitos-mitos kayak gitu deh.

    ReplyDelete
  9. Wih sarungnya kotak-kotak. Salam dua jari!! *dikeplak* :3

    ReplyDelete
  10. Jadi mitos kucing hitam itu beneran atau engga? Ah, pasti cuma kebetulan aja kan ya heheeh serem juga kalo setiap ada kucing hitam itu pertanda musibah.
    Eh, tapi hikmahnya sih biarpun ngga jadi ke tempat destinasi, itu semacam tes kesetia kawanan kalian semua. Kalo ada yang ngga setia kawan, kan pasti bakalan ninggalin Adieb dan Lintang, terus tetep ngelanjutin perjalanan ke Goa Cina :))
    Selamat yaa kalian lulus tes!

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju! gue juga menganggap ini tes. seberapa peduli gue sama temen2 gue. tapi kalo dilihat2, gue gagal kayaknya. gue cuek abis sama mereka. wahaha

      Delete
  11. Gajadi ke pantai goa cina nya? buset.____. btw gws buat temennya bang. ikutan sedih nih huft:"

    ReplyDelete
  12. waduh... bisa begitu ya??? jadi ngeri nih kalo pengen ke goa cina.
    BTW. eh... tulisan elu yang judul itu pake font apa ya? hehe *cumananya

    ReplyDelete
  13. suka sama desain blognya. ih lucuu

    ReplyDelete
  14. Kirain postingan ini bakal lihat foto-foto keren di Goa Cina, ternyata tidak. Duh pukpuk ya Kakak Lintang dan Kakak Adieb :(

    ReplyDelete
  15. wahahaha itu kostum nya agak absur, helm dikombinasikan sama sarung. :D

    ReplyDelete
  16. Wahaha, keren cerita haru bisa dibikin ngakak juga :p

    ReplyDelete
  17. ini sih udah masuk ke penulis komedi cerdas kamu mas. keren-keren-keren. banyak banget punchlinenya. bahkan buat cerita yang harusnya haru bisa dibikin komedi. mantep. desain blognya juga. KECE ABIS.

    np : nggak seKECE orangnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin amin amin amin... :') iya sih ya kebanyakan punchline, takutnya malah kebanjiran gitu jadi gak asik.. :(

      makasih mas febri yang juga jago nulis, dan udah punya buku, sedangkan aku belum sama sekali.

      Delete

Powered by Blogger.