Foto Bareng Dodit, Ge Pamungkas dan Tretan Muslim

Selain ketemu dan ngobrol bareng Raisa, cita-cita gue adalah pengen jadi penulis komedi. Salah satu usaha untuk mewujudkannya yaitu dengan membaca buku. Bukunya macam-macam, yang pasti enak dibaca dan bisa jadi referensi menulis. Mulai dari personal literatur, novel sampai buku panduan menulis.

Minggu kemarin, berhubung lagi free gue iseng pergi ke Gramedia. Pas lagi keliling nyari buku yang cocok, gue ketemu novel ‘The Fault in Our Stars’. Katanya, novel itu laris manis banget di luar negeri. Ya sudah, gue beli. Bisa dibilang nekad, sih. Karena gue jarang baca novel romance dan sejenisnya. Terakhir pas SMP. Judulnya, Ketika Cinta Bertasbih. Eh, tapi itu termasuk romance nggak sih? Ah, tau deh. Yang pasti novelnya bikin gue nangis bombay.

Oh iya. Raditya Dika, Si Manusia Enam Juta Followers, baru aja keluarin e-book panduan menulisnya: Rahasia Menulis Kreatif. Berhubung gue ngefans berat sama doi (dan penasaran juga), gue beli deh tuh e-book. Padahal masih banyak buku yang belum selesai gue baca. Tapi ya sudahlah, sama ilmu nggak boleh perhitungan.

Selain buku, buat menambah skill bikin jokes, gue juga sering nonton stand up comedy. Walaupun tampak berbeda, sebenarnya menulis dan stand up itu intinya sama. Sama-sama dimulai dari tulisan. Cuman bedanya, stand up ditampilin ke atas panggung sedangkan menulis enggak. Contohnya, beberapa materi stand up Raditya Dika diambil dari bukunya. Sebaliknya, Ernest Prakasa menulis ulang materi-materi stand up kemudian dijadikan buku. Tampak beda, tapi tetep sama.

Namun, kata Judy Carter di dalam buku “The Comedy Bible”: Kalau mau tahu jokes kita lucu atau enggak, open mic aja! Nggak peduli itu jokes buat buku, buat majalah, buat sitkom, atau buat film. Pokoknya bawa ke atas panggung, lalu coba. Lucu apa enggak? Kalau lucu, bungkus. Kalau enggak, perbaiki.

Gara-gara itu gue jadi pengen open mic (stand up buat menguji materi). Tapi jangankan open mic, waktu presentasi di kelas aja jantung gue rasa mau lepas. Gue emang tipe orang yang suka ndredeg kala ngomong di depan banyak orang.

Setelah menimbang-nimbang. Ah, nanti aja deh open micnya, pikir gue. Masih belum siap mental. Takutnya kalau dipaksakan nanti jadi nggak lucu, trus gue jadi trauma, depresi lalu bunuh diri. Serem.

Gue pun memutuskan untuk jadi penikmat dulu aja. Eh ternyata, jadi penikmat itu juga seru lho! Apalagi kalau nonton langsung. Sensasinya itu bener-bener beda dibanding nonton stand up lewat tv atau YouTube. Mungkin sebagian kalian bingung mau nonton langsung, tapi di mana? Nggak harus nunggu ada event stand up, kok. Kalian bisa datengin cafe-cafe yang sering ngadain open mic. Itu gratis! Kalau bayar, berarti kalian dibegoin. Dan kalau beruntung, kalian bisa ketemu sama komika terkenal.

Muslim, komika asal Madura.

Ge dan pacarnya. Cantik ya? :D

Ternyata, Dodit nggak sekalem aslinya, gaes!

Ini waktu lomba Street Comedy se-Jawa Timur dan Bali. Acaranya kebetulan di Malang. Gue juga sebenernya nggak tahu bakalan ada Dodit, Ge sama Muslim. Beruntung banget gue malam itu karena ketemu tiga komika KompasTV sekaligus. Dan, tahu nggak, acaranya juga gratis lho. Hehehe. Jadi, untungnya dobel.