Sudah Tahu Tidak Baik, Kok Masih Merokok?
Di kantin kampus, gue sering banget ketemu sama perokok.
Pernah sewaktu lagi seru menghina orang yang sedang lalu-lalang, tiba-tiba gue
menghirup sesuatu tidak enak. Mengganggu. Sesaat kemudian gue terbatuk. Ada
asap mengepul dari meja belakang. Awalnya gue kira lagi ada fogging membasmi nyamuk. Ternyata,
setelah menoleh, ada seorang laki-laki berkumis tebal, rambut disisir klimis,
dengan wajah kriminal sedang mengisap rokok.
“Bajingan!” batin gue. Gue benci asap rokok.
Gue membagi perokok menjadi dua jenis. Perokok tahu diri dan
perokok tidak tahu diri. Perokok tahu diri, mereka tahu kapan dan di mana harus
merokok. Mereka merokok di tempat yang sepi, atau smoking room. Jadi kalau mereka mati, itu karena asapnya sendiri.
Beda lagi sama perokok tidak tahu diri. Mereka merokok di sembarang tempat. Dan
yang paling menyebalkan adalah: mereka kalau sakit ngajak-ngajak. Asapnya itu
kan bahaya, apalagi kalau merokok di samping bayi atau ibu-ibu hamil. Bodoh amat deh, yang penting gue ngerokok, pikir
mereka.
Gue hidup di lingkungan perokok. Teman-teman gue perokok.
Bahkan bokap gue perokok aktif. Syukurlah mereka itu perokok yang tahu diri. Pernah
terpikir di kepala gue untuk bertanya pada mereka. “Udah berapa
rupiah yang dikeluarin buat rokok?” Cuman karena faktor gak enak, akhirnya gue diem aja. Tetapi
gue yakin, pengeluarannya pasti gak sedikit. Satu bungkus rokok rata-rata
harganya 12 ribu. Belum lagi ditotal selama seminggu, sebulan, sampai setahun. Bisa-bisa
jumlahnya setara harga iPhone 6 plus.
Gaes, percaya atau tidak, kita bisa tahu seseorang itu
perokok berat atau ringan hanya dari bau mulutnya. Coba deh kalian ajak ngobrol
teman perokok. Kalau pas ngomong
mulutnya masih bau jigong, berarti dia perokok ringan. Namun kalau sudah bau
bangkai anakonda, nah itu perokok berat (sekaligus kanibal). Jujur, gue selalu
menjaga jarak sama perokok berat. Bukannya apa-apa, cuman gue gak tahan aja
sama baunya. Kan gak enak juga tiba-tiba gue muntah di depan dia. “Sakit Us?”
tanyanya.
“Anu .. mulut lo .. bau bangkai anakonda..” ucap gue dengan
lemas.
Gue terkadang suka memperhatikan perilaku dan ucapan teman
perokok. Ada satu kalimat yang sering mereka ucapkan, dan menurut gue itu aneh.
Duh mulut gue asem nih, pengen ngerokok.
Gue kurang tahu juga kenapa mulut asem harus ngerokok. Benarkah rokok bisa
membuat rasa lain (selain asem) di mulut? Kenapa gak pake yang lain aja? Yang
lebih manis dan lebih sehat. Misal, “Duh mulut gue asem nih, pengen nge-gula
merah.”
Berdasarkan pengalaman dari kecil sampai sekarang, banyak
teman-teman gue yang merokok hanya karena ingin dibilang keren, gaul dan
trendy. Coba deh kita renungkan sejenak. Apa yang keren dari sekedar
mengeluarkan asap melalui mulut? Nggak ada. Malah mulut kita jadi mirip
knalpot. Dan itu gak keren banget, gaes!
![]() |
Sumber |
Selain nggak ada kerennya sama sekali, rokok juga merusak organ-organ
tubuh. Itu udah jadi rahasia umum. Bahkan di bungkus rokok pun sudah ada gambar
peringatan dampak merokok, seperti kanker mulut, paru-paru menghitam dan mulut berbau
bangkai anakonda. Dan peringatan itu sudah sangat jelas. Lalu, muncul
pertanyaan. Kenapa kok mereka masih merokok?
Dalam psikologi sosial, ada sebuah teori yang namanya
disonansi kognitif. Teori itu membahas mengenai perasaan tidak nyaman
seseorang akibat sikap, perilaku dan pemikiran yang bertentangan, dan
kemudian berusaha untuk menghilangkan ketidaknyamanan itu. Para perokok sadar
bahwa merokok itu tidak baik. Mereka merasakan kekhawatiran akan dampak rokok.
Tetapi di sisi lain, nikotin membuat mereka candu sehingga susah untuk berhenti.
Akhirnya, untuk menghilangkan perasaan khawatir dan tidak nyaman, mereka
beranggapan bahwa merokok itu baik-baik saja. Buktinya, aku masih hidup sampai sekarang, kata mereka, biasanya.
Sering kali kita mengajak teman-teman kita yang merokok untuk
berhenti. Namun mereka bersikeras untuk menolak. Ya, kita juga gak perlu
berdebat. Kita juga gak perlu menjelaskan dampak rokok pada mereka, karena
mereka juga sudah tahu. Sebaiknya kita doakan saja, semoga dapat hidayah. Betul
tidak?
gw setuju ame lu broh, gw gak suka perokok. gak sayang ama badan tuh orang ckckck.
ReplyDeletehuhuhu kasian mereka
DeleteHahaha betul banget nih. Gue sih sebenernya biasa aja sama perokok, nggak suka sama aktivitas merokoknya. :))
ReplyDeleteNah ini nih...
DeleteSampe sekarang gue masih belum nemu di sisi mana kerennya ngerokok. Daripada beli rokok, gue lebih milih beli permen karet deh.
ReplyDeleteGak permen karet juga keleeus
DeleteAlhamdulillah teman2 dekat saya tidak ada yang merokok.
ReplyDeleteDulu papa saya perokok aktif, tapi setelah sakit diopname besoknya langsung berhenti merokok..
Wah keren tuh lingkungannya.
DeleteUntunya gue buka perokok. Pernah sih waktu itu nyoba ngerokok, kemudian batuk batuk..gue cupu banget
ReplyDeleteHaha kalau gue cuman nyicipin filternya doang, manis soalnya
Deleteyap gak ada kerennya ngerokok
ReplyDeletecewek sangat jauh lebih suka sama yang gak ngerokok
Haha sip sip..
Deleteoh ya sebelumnya salam kenal, baru pertama main ke sini.
ReplyDeletesangat disayangkan pemerintah seperti bimbang, karena rokok sendiri memberikan pemasukan.
masalahnya anak-anak kecil yang sekarang udah pada ngerokok, padahal dibungkus rokok ada gambar kayak gitu.
orang ngerokok keren darimana, punya penyakit ngajak-ngajak.
ijin follow juga biar tambah syahdu.
wah masukan baru nih.. iya ya, bener-bener.
Deleteokesip nanti difollowback
Perokok yang gatau diri yang nyebelin.
ReplyDeleteApalagi kalo udah panas-panasan diangkot dan mereka tetep ngerokok. Hih.
aargh setuju... bikin susah napas
Deletegue punya postingan tentang kenapa gue juga sependapat dengan postingan lu yang ini hihi http://www.nugrahaady.com/2013/08/special17an-dijajah-asap.html
ReplyDeletebtw sama gue sebenarnya nggak ngerti ama para perokok
otw TKP~
Deleteperokok itu gak bisa dimengerti :')
Gua pernah nanya sama perokok, 'kenapa masih ngerokok? gak takut liat gambar2 yg di bungkusnya itu?'
ReplyDeleteDia jawab, 'Susah bro kalo udah biasa... ngomong berhenti doang mah emang gampang.'
hmmm iya sih, kalo gak ada kemauan yang kuat bangetz!
DeleteSetuju banget sama postingannya!
ReplyDeleteMalah sampai pernah ada yang mau beli rokok bilang gini, "Ada rokok yang ga bergambar? Nakutin aja."
Dengar kayak gitu langsung pengin ngakak terus nyela, eh tapi biarin deh.
Gue juga gasuka dengan perokok yang tidak tahu diri, biasanya kalau ada yang kayak gini, gue langsung nunduk, malas berhubungan dengan asap rokok.
Aku setuju kalo merokok itu gak keren tapi entah kenapa seperti udah menjadi tradisi mayoritas lingkungan laki-laki indonesia kalo laki=rokok. dan menurutku perokok dibagi 3: 1.aktif 2. Pasif 3. Dan sekali sekali. Aku yang nomor 3 :|
ReplyDelete