Cinderella dan Pensil Alisnya

Sejatinya, di dunia ini nggak ada yang namanya konstan, statis, istikomah, atau apapun istilahnya. Segala hal yang berada dunia ini sifatnya dinamis, selalu berubah-ubah. Sestatis-statisnya matahari, pada akhirnya juga akan terbit di barat lalu terbenam di timur. Seistikomah-istikomahnya gue sholat wajib lima waktu, suatu saat juga ada bolongnya. Dan, sekonsisten-konsistennya blogger publish tulisan, suatu saat juga akan luput sama jadwalnya.

Perubahan adalah salah satu ciri-ciri kehidupan. Perubahan bersifat penting karena dari sanalah lahir sebuah harapan. Harapan yang mendorong manusia untuk terus bertahan hidup. Coba bayangkan, kalau misalnya semua orang yang terlahir bodoh tidak akan pernah bisa pintar. Daripada pergi ke sekolah, mereka pasti lebih memilih untuk diam rumah, ngegigitin ujung seprei sampai meninggal.

Oleh karena itu, perubahan sangat diperlukan dalam aspek apapun. Baik aspek penting seperti contoh di atas, atau yang nggak penting-penting amat seperti cerita Cinderella. (Bingung kan kenapa tiba-tiba nyambung ke sono?!)

Menurut sejarahnya, cerita Cinderella ini sudah ada sejak jaman Dinasti Tang (dinasti yang mukenye kayak tang semua). Dinasti itu ada sekitar tahun 860 Masehi. Jadi, kalau dihitung-hitung, kisah Cinderella ini umurnya sudah 1.156 tahun. Sehingga sangat wajar kalau terjadi banyak perubahan pada kisah ini. Wong pacarmu yang baru dua bulan aja sikapnya udah berubah. :(

Kemudian, kisah Cinderella ini ditulis ulang oleh penulis-penulis lain dari berbagai negara dengan versi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, semua cerita Cinderella tetap memiliki inti yang sama, yaitu sepatu yang tertinggal saat buru-buru pergi dari istana pangeran. Dan kemungkinan besar, inti cerita ini akan selalu sama sampai kiamat menjelang.

Nah, berdasarkan teori perubahan di paragraf awal tadi, sekecil apapun perubahan tetap  berperan penting bagi berlangsungnya kehidupan. Oleh karena itu, kita perlu melakukan perubahan pada inti cerita Cinderella ini ... agar kita tidak mati. (sebuah rasionalitas yang oke banget!)

Cara mengubahnya mudah. Tinggal kita ganti saja sepatu yang tertinggal itu menjadi benda yang lebih penting (menyesuaikan kondisi sekarang). Berikut adalah opsi yang mungkin bisa dipilih:

1. Charger Handphone

Tahun 2016, di mana teknologi sangat dekat dengan manusia, charger handphone menjadi barang berharga kedua setelah handphone itu sendiri. Meskipun kedengarannya sepele, tapi ketinggalan charger handphone bisa membuat seseorang susah tidur semalaman. Serius. Soalnya gue pernah...

Ah, kan besok bisa diambil lagi? Beli yang baru? Atau pinjam sodara tirinya?

Hey hey hey. Apakah kalian lupa? Cinderella tidak mungkin kembali ke istana karena dia tidak ingin identitas aslinya sebagai rakyat jelata ketahuan pangeran. Sehingga inilah yang menyebabkan cewek-cewek selalu ingin tampil modis dan mewah meskipun aslinya kere. Dari kecil mereka sudah dicekoki ajaran bahwa ‘kismin nggak masalah, yang penting hape iPhone’ .

Nggak mungkin juga Cinderella beli charger baru, duit dari mana? Pinjam charger sodara tirinya juga bukan pilihan bagus, karena yang ada dia malah disuruh nyikat kamar mandi.

Mau nggak mau, Cinderella harus biarin hapenya mati sampai pangeran ngembaliin charger itu, atau Cinderella memutuskan untuk banting setir menjadi maling. Cerita pun pasti akan lebih seru dan menegangkan.

2. STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)

Siapa yang nggak stres begitu ngecek dompet tiba-tiba STNK nggak ada? Mau coba sok nggak mikirin, pasti ujung-ujungnya tetap kepikiran. STNK hilang itu mau ke mana-mana jadi susah. Belum lagi kalau musim razia motor.

Bayangin kalau kasus ini terjadi sama Cinderella, anak perempuan yang masih labil emosinya. Pasti udah nangis kejer tuh. Bingung mau ngapain. Akhirnya semua orang dimarahin. Alasannya mood lagi berantakan. Ah, bullshit!

Pasti semua orang terdekatnya Cinderella jadi ikutan repot bantuin nyari STNK. Cewek-cewek macam Cinderella emang begitu. Yang ceroboh siapa, yang repot siapa.

3. Pensil alis

Munafik kalau cewek macam Cinderella nggak butuh pensil alis. Semua cewek butuh pensil alis pada momen-momen tertentu, kecuali bagi cewek yang alisnya sudah disulam.

Tingginya urgensi pensil alis bagi Cinderella, ditambah kondisi ekonomi yang pas-pasan, juga perlakuan sodara serta ibu tirinya yang semena-mena, berpotensi besar mendorong Cinderella menjadi artis BIGO. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi, melihat begitu liarnya cewek-cewek jaman sekarang. Hanya demi sebatang pensil alis, mereka rela menjaja diri. Sungguh terlalu...

Kita sebagai manusia yang sadar akan kebaikan perlu menyikapi hal ini. Sebagai tokoh teladan anak-anak, kita perlu memunculkan sosok-sosok Cinderella baru yang lebih prososial dan peduli bangsa. Seperti perempuan di bawah ini:

Beliau disebut-sebut sebagai Cinderella Abad 20 karena memiliki cerita yang hampir mirip dengan dongeng Cinderella. Beliau, yang biasa dipanggil Bu Cahya, menikah dengan seorang juragan minyak. Pertemuan mereka diawali saat ada acara hajatan di rumah Haji Adi, juragan minyak tersohor se-Bogor.

Berdasarkan penuturan Haji Adi, Bu Cahya ini sempat meninggalkan pensil alis serta peralatan make up lainnya di rumah. Benda itu pun menjadi jembatan untuk pertemuan kedua mereka. Di pertemuan itu, mereka saling mengenal satu sama lain. Setelah sempat berpacaran sekitar dua tahun, mereka baru berani memutuskan untuk menikah. Dan sekarang, mereka telah dikaruniai seorang anak bernama Ichsan.

Sosok Haji Adi

Si Kecil Ichsan

Terbukti bukan? Perubahan pada sebuah inti cerita mampu membawa ke akhir yang lebih bahagia. :)