Lelaki Menye-Menye
Dulu, gue sempat percaya sama kalimat: “Kalau ada masalah, laki-laki cenderung pakai logika, sementara perempuan pakai perasaan.” Dulu, gue percaya karena nyatanya itu memang benar. Coba ingat jaman-jaman di sekolah. Respon teman cewek yang dapat nilai jelek biasanya bakal murung, menangis, atau membenamkan wajahnya seharian di atas meja. Sedangkan, respon teman cowok yang nilainya (malah) lebih hancur, paling cuman diam. Lalu dalam hitungan jam sudah ketawa-ketawa lagi.
Ini bukan soal siapa-yang-terlalu-memikirkan-masalah. Secuek-cueknya lelaki, ketika mendapat masalah atau kabar buruk, dia
pasti kepikiran juga. Cuman bedanya dengan perempuan, laki-laki tidak sampai membawa
perasaan. Itulah yang membedakan respon keduanya.
Itu asumsi gue dulu.
Nah, sekarang
asumsi gue mulai berubah. Ketika gue merasa... kok
belakangan ini gue gampang bawa perasaan ya?
Gue yakin, di dunia ini nggak ada
orang yang hobi galau. Orang yang sering galau pun bukan
berarti dia menyukai kegalauan. Galau itu nggak enak. Galau itu bikin semuanya jadi terasa
menyebalkan. Kadang gue merasa kasihan sama diri sendiri, menyia-nyiakan waktu satu
hari yang bisa jadi sangat menyenangkan, tetapi malah dipakai buat galau. Akan
lebih kasihan lagi kalau galaunya karena hal-hal sepele. Inilah yang jadi
permasalahan gue.
Dulu gue nggak percaya sama
istilah moody. Bagi gue itu alasan
klise doang buat mempertahankan diri. Pernah nggak sih, lo kayak mendapatkan sebuah
dorongan misterius gitu, lalu tiba-tiba, lo ngejitak pala teman sendiri? Pas
teman lo marah, dengan mudahnya lo bilang, “Sorry.
Mood gue lagi kacau parah.” Dorongan-dorongan
begitu, yang dulunya gue kira cuman alasan, ternyata memang benar ada. Gue
pernah merasakannya sendiri. Cuman nggak sampai ngejitak lah ya. Parah itu.
Paling gue pukul doang bahunya pakai chainsaw.
(Oke, becanda.)
Nah, perasaan-perasaan galau,
bete, moody, dan lain-lain itu, gue
yakin berawal dari baper. Wajar memang kalau seorang laki-laki melibatkan
perasaannya dalam sebuah masalah. Namun pertanyaannya, masalah yang seperti apa
dulu? Bakal menggelikan juga kalau ada laki-laki yang sebentar-sebentar nangis, sebentar-sebentar
update status: ‘kalian semua jahat!’.
Ya kan?
Coba lihat di media-media sosial. Cowok sekarang pada banyak bermenye-menye ria. Nulis caption galau di Instagram lah, nulis blog soal patah hati lah, update status Twitter 'pingin mati aja!' lah. Jijik tau nggak? Malu-maluin! (Ini gue lagi ngatain diri sendiri.)
Gue pun bertanya-tanya. Mana?
Katanya laki-laki cenderung pakai logika? Buktinya gue enggak nih. Akhirnya, setiap kali galau, gue selalu ngecek apakah si otong masih ada di tempat
atau tidak. Gue takut aja. Jangan-jangan, jangan-jangan nih.
Gue juga sudah tanyakan permasalahan ini ke seorang teman, namanya Adieb. Dia ini bisa dibilang manusia paling moody di seluruh semesta. Pernah suatu
hari mood dia lagi jelek, lalu
tiba-tiba, ada seseorang menepuk bahu dia dari belakang. Adieb kaget, refleks mau
nonjok itu orang. Untungnya Adieb keburu sadar kalau itu dosen
pembimbingnya.
Balik ke permasalahan gue.
Adieb bilang, “Pandangan
orang soal maskulinitas itu sudah berubah, Us. Sudah nggak jamannya lagi laki-laki
itu tegas, macho, berotot. Sekarang perempuan lebih suka laki-laki lembut,
kalem, unyu. Coba lihat drama Korea!”
Pendapat Adieb itu ada benarnya juga.
Adegan drama Korea sedikit banyak memengaruhi pola pikir laki-laki. Belum lagi
novel-novel cinta, petikan-petikan Tumblr, Kumpulan Puisi, Kumpulan Sajak, Prestigious,
Amazing Video, dsb. Kalimat menye-menye yang sering kita temui di media sosial itu,
menurut gue pribadi, ya bisa jadi punya andil dalam membentuk karakter lelaki (termasuk
gue) sekarang ini.
Ya nggak, sih?
Ini cuman kumpulan-kumpulan
pemikiran gue doang sih, yang sepintas lalu-lalang. Hasil dari pertanyaan random yang nggak terjawab, lalu
akhirnya ditulis. Hasil dari perasaan gelisah, mudah murung, bermuram durja,
bercocok tanam, dan lain-lain.
Gue senang kalau kalian ngasih
masukan, saran, solusi, atau pendapat lain. Mungkin itu bisa membantu. Silakan tulis
aja di kolom komentar.
Dasar lelaki lemaaaaah...
ReplyDeleteTergantung masalahnya us lo galau karena apa. Tapi diusia 20an ke atas kayak lo gitu emang rentan galau, entah galau karena asmara atau sama masa depan bangsa ini. Daripada waktu lo kepake untuk galau gak jelas mending jadikan galau yg produktif yaitu dengan berkarya.
Uhuy.
(Udah 3 paragraf nih)
Semua kembali ke jawaban klise us, yaitu diri sendiri. Wajar mah galau, gundah, baper, pengen mati sampai pengen matiin orang.
ReplyDeleteTapi kayaknya manusia emang butuh pelampiasan kan kalo baper atau Lagi galau, nggak cewe nggak cowo emang perlu di salurkan.
Nah cara menyalurkannya ini kan kita semua udah tau kan ngapain, BERKARYA.
Ehh iya, satu lagi us. Ini ada quote bagus buat postingan lo.
LO BAPER LO KALAH #BOOM
Eh udah berapa paragraf nih.
Aduh kenapa gue juga pernah ngalamin kayak lo, terus merasa jadi kaya abege...mungkin bener tuh baca novel yang menyek-menyek sangat andil.
ReplyDeleteSalah satu penyebab menye-menye menurutku (kayaknya) sih, keseringan baca novel romance, ya gak sih? Jadi baper2 terus moody gt.
ReplyDeleteGue pengen kayak yg di novel!! Suka kepikiran gt. Apa gara2 keseringan baca kata2 mendayu2 terus jadi ikutan, baper lempeng galau.
Yagaksih mas? Yagaksih?!
Ini gue nanya siapa?!
Kalo menye-menye dipengaruhi dari apa yang kita lihat atau dengar, kayaknya mending nonton UFC terus-terusan deh. Paling nggak, lumayan ngaruh, jadi pengin miting pala orang.
ReplyDeleteAku menye-menye kalau lagi jatuh cinta sama orang ._. suwer deh ya, akhir-akhir ini aku jadi kayak manusia yang kecinta-cintaan banget. Dikit-dikit post masalah cinta, apa-apa rindu, blablablabla. Nggak tau juga sih kenapa, tapi memang, sisi maskulin seorang cowok kadang nggak sepenuhnya tentang gahar macho dan apapunlah itu. Tapi ada sisi yang lembut lemah yang entah tertanam dari apa :'
ReplyDeleteBahaha. Ada tuh orang yang moodyan sampe kada kawa digatuk sedikig langsung marah :D
ReplyDeleteMenye-menyenya karena apa dulu, Us? Kalaupun bukan soal cinta, misalnya soal masa depan kayak kerjaan atau kuliah, aku masih maklum. Dengan senang hati aku membiarkan lelaki menye-menye itu mendarat di pelukanku buat aku tenangin. Kalau menye-menye soal cinta.... aku kelimpungan sih. Karena aku sendiri juga sering menye-menye karena cinta.
Postingan yang jujur, Us. Aku suka bacanya. :D
daauuss gue baru buka blog lo dan baru saadar, template kita sama ya uss wkekek sori sori wkekek
ReplyDeleteKata aku mah, laki perempuan sama aja. Gak ada laki lebih pake logika, gak ada perempuan lebih pake perasaan. Malah kadang, aku nemuin laki2 yang gak bisa ngadepin masalah hidup karena mereka banyak mengalami ketakutan. Sedangkan perempuan lebih mikir jauh kedepan secara real. Ya entah sih yang jelas buat ku laki - perempuan sama aja.
ReplyDeleteJadi ya kalau ada laki yang galau, yang moody, ya yoweslah gakpapa. Hal-hal kaya gitu gak akan selamanya juga. Nanti juga ilang, berubah ke arah yang lain. Heu taulah aku ini ngetik apaaan. Yaudaya, gudbay us! Ku mau baca tulisan mu yang lain mumpung lagi mampir~
Kalau menurutku sih, jadi diri sendiri aja us, jika sekiranya identitas dirimu lemah lembut ya tunjukkan pada dunia bahwa kamu itu begitu, dan begitu jika sebaliknya
ReplyDelete