How She Fell In Love
I am sorry for this very, very long
post. But, the story is really mean to me. Gue mengerjakanya dengan sungguh-sungguh. Bahkan sepertinya
ini menjadi tulisan ter-niat yang gue buat selama 2015. So, please take your moment, and enjoy!
---
Cewek
itu paling pintar menyembunyikan perasaannya. Bersama orang terdekat, mungkin mereka masih bisa ekspresif: ngomong tanpa henti, menangis
kejer, atau teriak-teriak tidak jelas. Tapi, kalau sudah ketemu sama cowok yang
mereka suka, cewek pasti akan diam seribu bahasa. Seakan mulutnya mendadak sariawan.
Termasuk dia, cewek yang mampu memendam perasaannya ke gue selama berbulan-bulan,
tanpa gue ketahui sama sekali. Bahkan, kepikiran pun tidak. Malah gue
menganggap cewek ini berada di kategori orang-orang invisible. Mereka ada, tapi tidak ada.
Sore
itu kami berkumpul di depan kosnya. Kami mau pergi ke acara traktiran ulang
tahunnya si dia. Ada sekitar sembilan orang yang ikut. Tujuh di antaranya
adalah teman akrab si cewek berkaca mata ini. Sedangkan dua sisanya adalah Edho
dan gue, makhluk astral dari antah-berantah.
Gue
masih bingung kenapa gue dan Edho juga diajak, padahal kami bukan siapa-siapa.
Kami bahkan gak ikut urunan beli kue. Justru kami yang ngabisin kuenya. Cuman waktu
teman-teman akrabnya kasih kejutan di dalam kelas, gue ikut meramaikan. Gue sok-sok
terkejut seakan gue yang dikasih surprise.
Lalu gue pura-pura terharu, lengkap dengan acting
menyapu air mata. Melihat tingkah gue yang pecicilan itu, dia tertawa.
“Traktiran
boleh, dong?” sepik gue di sela-sela kejutan.
“Iya,
nanti sore ikut aja makan di SS, Spesial Sambalado!”
“Oh-oke!
Siap!” balas gue. Tumben sepikan gue berhasil.
Sewaktu
lagi nunggu dia dan teman-teman lain bersiap, Pucha tanya, “Nanti pembagian
motornya gimana? Siapa yang bonceng siapa?" Teman-teman yang lain
menyahut. Gue menyimak.
“Nanti
Daus bonceng Si Dia, ya?” kata Pucha.
Gue
mengangguk, kalem.
Begitu
semua sudah siap, kami pun berangkat. Gue gak jadi boncengin dia. Dia sudah dibonceng
sama Aldo. Sementara gue sendiri saja. Gue sih gak masalah, pokoknya nanti asal
perut kenyang, hati pun senang.
Sesampainya
di rumah makan, kami memilih tempat duduk lesehan dengan dua meja yang digabung
jadi satu. Pelayan mengantar piring-piring pesanan kami. Gue kaget, dibanding
dengan teman-teman yang lain, ternyata pesanan gue yang paling mahal. Beberapa
saat gue merasa sungkan, gak enak sama dia dan teman-teman yang lain. Namun
ujung-ujungnya.. bodo amat ah!
Selesai
makan, kami pulang. “Makasih ya traktirannya,” kata Ecy. Kemudian, disusul
ucapan-ucapan terima kasih dari yang lain. Termasuk gue, yang sekaligus minta
maaf karena sudah menghabiskan uangnya.
“Iya,
makasih juga semuanya. Tapi ngomong-ngomong, aku pulang sama siapa nih? Kan,
Aldo rumahnya nggak searah?” tanya dia.
“Sama
Daus aja!” sahut Pucha, semangat.
“Gapapa,
Us?”
Gue
mengangguk, kalem.
Langit
mulai senja. Adzan Magrib sudah berkumandang. Gue pun menepikan motor ke masjid
terdekat. Usai shalat maghrib, sewaktu kami mau pulang, perlahan-lahan gerimis turun.
Dengan sigap gue melepas jaket lalu meminjamkannya kepada dia. Sejurus kemudian
dia memasang jaket hitam itu ke badannya yang agak chubby (baca: bergelambir).
Setelah
gue mengantar dia pulang ke kosan, gue mampir ke kos Edho. Baru aja masuk
kamarnya, gue langsung diserang pertanyaan, “Cieh, abis dari mana, Us? Kok baru
pulang? Pulang lewat mana tadi?”
“Buset!
Santai aja, Pak, nanyanya.” Gue jelaskan kalau tadi mampir shalat maghrib
sebentar.
“Oh..
Kayaknya dia naksir sama kamu, Us.”
“Masa
sih?” Gue mencoba mengulang apa-apa saja yang terjadi hari ini. Mulai dari
ditraktir tanpa sebab, sampai akhirnya gue yang nganter dia pulang. Ditambah
sama omongan Pucha yang kayaknya semangat banget biar kami satu motor. “Bisa
jadi sih,” lanjut gue. “Tapi ngomong-ngomong, dia lupa balikin jaket gue. Sial!”
Setelah
kejadian hari itu (dan tentunya setelah dia balikin jaket gue juga), kami pun mulai
sering SMS-an. Kami jadi sering keluar bareng, entah itu nonton atau makan. Setelah
merasa mantap, kami pun jadian.
Dan, setelah beberapa bulan pacaran, ketika komunikasi mulai terasa nyambung dan nyaman, dia tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pernah gue tahu sebelumnya. Dia bilang, “Sebenarnya... aku adalah seorang janda. Cepat nikahi aku, Kang Mas Prabu!”
Enggak, deng. Becanda.
Dan, setelah beberapa bulan pacaran, ketika komunikasi mulai terasa nyambung dan nyaman, dia tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pernah gue tahu sebelumnya. Dia bilang, “Sebenarnya... aku adalah seorang janda. Cepat nikahi aku, Kang Mas Prabu!”
Enggak, deng. Becanda.
“Sebenarnya,”
ujar dia, “aku suka kamu sejak awal semester.”
Gue
terdiam. Tatapan kami mulai serius. “Masa?”
“Iya...”
“BODOOO!
HAHAHA!”
Plak!
Gue ditempeleng.
Lalu,
dia menceritakan tentang awal mula naksir gue. Tentang apa-apa saja yang gue tidak tahu. Dia bercerita, bahwa dia sering duduk di barisan belakang kursi gue. Sengaja
memilih duduk di sana biar bisa memperhatikan gue dari belakang. Kadang, dia merasa kesal kalau pandangannya
terhalang. Sehingga dia harus menarik kepalanya ke belakang
atau mencondongkannya agar bisa melihat gue.
Beruntung, gue tidak suka duduk di barisan paling belakang. Kalau iya, mungkin dia tidak akan
duduk di kursi, tapi menempel di tembok.
Dia
bercerita, dulu kami pernah ada di kelompok yang sama di kelas filsafat. Tanpa
gue tahu, ternyata dia selalu memperhatikan gue. Saat gue berbicara, menulis
sesuatu di buku, dan juga saat menyusun puzzle
korek api yang menjadi tugas utama hari itu.
![]() |
Kayak begini |
“Hahaha.
Kok dulu aku gak sadar, ya?”
“Soalnya, dulu yang ada di pikiranmu cuman si nenek lampir aja! Ya, kan?!” kata dia, sewot.
Gue menyengir.
Gue menyengir.
Cewek
penggemar Princess Snow White ini
juga pernah benci banget sama seorang cewek berwajah tua kayak nenek lampir. Alasan dia benci
karena dia tahu, gue naksir sama cewek itu. Dia cerita, dia pernah melihat gue
boncengin nenek lampir itu. Katanya, dia cemburu banget. Sampai-sampai dia
teriakan kalimat favoritnya dulu kalau kena apes: “YA TUHAN! AMBIL AKU!” Dia
berteriak sambil menengadahkan tangan ke atas.
Ya, dia memang seheboh itu, tipe perempuan yang
ekspresif. Makanya dulu gue pernah panggil dia Miss Hyperactive di Twitter.
Ceritanya
waktu itu lagi nggak ada kuliah. Gue lagi main Twitter di hotspot kampus, nge-follow temen-temen kelas yang baru kenal.
Sehabis follow si dia ini, gue kirim mention.
Gue
nggak tahu kalau ternyata mention tersebut
bisa membuat orang kerasukan arwah jahat. Begitu dia baca mention itu di kamar kosannya sana, dia
langsung teriak-teriak memanggil temannya, Uyun, yang sedang menyuci sempak. Dia
histeris. Bahkan katanya dia sempat guling-guling di lantai. Uyun kaget melihat
kelakukan temannya ini kayak orang kesurupan.
“Coba
kamu lihat, Yuuun!” katanya sambil nunjuk laptop.
“Lihat
apa? Nggak mau ah, pasti serem!”
“Enggak.
Coba lihat!”
Begitu
melihat ke layar laptop, si Uyun jadi ikutan histeris. Sekarang mereka
kesurupan bareng.
Gue
yang baru tahu kenyataannya ini cuman bisa garuk-garuk kepala sambil ternganga heran.
Tuhan, ada apa dengan anak ini? Gue nggak
tahu.
Setelah
kami saling follow Twitter, dia kayak
sering ngetweet nomention gitu dan
gue ngerasa, “Ini tweet kayaknya buat gue deh.” Pernah waktu itu mau UTS,
kampus gue punya peraturan kalau cowok yang rambutnya panjang gak boleh ikut
ujian. Gue pun cukur rambut. Keesokan harinya, setelah
pulang ujian, si dia ngetweet, “Cie yang potong rambut.”
Gue
ge’er dong. Gue mention aja,
“Makasih.” Dia lalu membalas. Kami pun tenggelam dalam obrolan Twitter
yang isinya kebanyakan saling sepik.
Hal
terakhir yang membuat gue benar-benar yakin kalau dia naksir gue, ketika gue
mengobrol sama dia dan Ecy. Mereka bercerita, suatu hari si dia dan dua kawan
lainnya sedang main ke kamar kos Ecy. Kegiatan yang para cewek lakukan kalau sedang ngumpul biasanya hanya ada dua, kalau gak gosip... yah
curhat.
“Dia
galau banget pas tahu kamu naksir si nenek lampir, Us,” ujar Ecy. “Saking
galaunya dia sampai nyanyi-nyanyi sambil peluk guling aku. Terus kami semua
ngakak.”
“Emangnya
kenapa?”
“Guling
aku tuh ya, nggak pernah dicuci seumur hidup. Bentuknya sudah gepeng banget.
Lengkap sama bekas keringat, iler, tahi gigi, dan lain-lain.”
“Sumpah?
Hahaha.” Gue ngakak banget.
Ini bukan guling Ecy tapi sama-sama menjijikan! |
Kebetulan, waktu itu gue baru saja di-PHP-in sama si nenek lampir. Ternyata selama ini gue hanya dijadikan tukang ojek, antar-jemput dia kuliah tiap hari. Beruntung, cewek berpipi tembem ini masih menyimpan rasa ke gue sehingga kepada dialah hati ini akhirnya gue labuhkan.
Jadi betul pernyataan yang bilang bahwa cewek adalah makhluk yang pintar menyembunyikan perasaan. Mungkin selamanya gue tidak akan tahu bagaimana cara ia jatuh cinta, kalau dia tidak menceritakannya. Tentang usahanya yang selalu ingin melihat gue, tentang bagaimana dia histeris saat gue memulai percakapan duluan, atau tentang kebodohannya saat cemburu.
Jadi betul pernyataan yang bilang bahwa cewek adalah makhluk yang pintar menyembunyikan perasaan. Mungkin selamanya gue tidak akan tahu bagaimana cara ia jatuh cinta, kalau dia tidak menceritakannya. Tentang usahanya yang selalu ingin melihat gue, tentang bagaimana dia histeris saat gue memulai percakapan duluan, atau tentang kebodohannya saat cemburu.
Gue memindahkan cerita ini ke dalam sebuah tulisan agar dia
tidak melulu berputar-putar di kepala gue. Agar cerita ini punya tempatnya sendiri. Sehingga suatu saat gue dapat mengingat kembali bahwa dulu, pernah ada seorang perempuan yang jatuh cinta kepada gue, dengan cara yang menyenangkan.
---
Terima kasih banyak bagi yang sudah membaca sampai habis. Semoga kisah ini dapat menginspirasi, menghibur, atau mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masih terpendam.
Sampai bertemu di tahun 2016! X-D
Kalian berdua sama-sama beruntung. Gue tau banget gimana rasanya jadi si dia yang dulu suka diam-diam. Tapi sumpah deh rasanya seneng banget pas baca kalian akhirnya jadian. Ini tuh kayak, ah gila serius? Gak kebayang bakal lebih seneng gimana kalo baca dari sudut pandang si dia. :))
ReplyDeleteOk sorry ini lebay.
DeleteMhuahahahaha..
DeleteGapapa, Riz. Gue senang kalau ada yang senang. Meskipun emang agak lebay sih.. Haha.
Anyway, gue gagal memahamkan kalian. Ini kejadiannya udah beberapa tahun lalu loh. Tapi sudah diedit barusan. Wkwk.
Maaf ya, pasti emang seneng banget kalo jadi si cewek.
DeleteWah kampret betul. Sekarang udah gak sama cewek bergelambir lagi dong. Hiks.
yey ada yang baru jadian nih! PJ dong hahaha. asik banget dah ini baca yang baru jadian rasanya ngiler. *soalnya gue jomblo newbi* . kayaknya seneng banget deh kayaknya jadi Miss Hyperactive. ga sia sia sepik sepik di twitter, suka diem diem akhirnya bisa jadian gitu. aaaaaah, envy lah haha. gue mah berkoar di twitter juga kagak peka peka doi nya :(
ReplyDeleteeh btw selamet yaaa semoga langgeng.
Kayaknya gue gagal deh memahamkan kalian. Ini kejadiannya udah beberapa tahun lalu loh. Tapi sudah diedit barusan. Wkwk.
DeleteSama. Gue juga jomblo nubie. Malah belum move on. Hiks..... Apasih. Haha.
oh hahaha sory2. yah sama dong kite
DeleteGue juga pernah suka sama seseorang, temen kelas, bahkan sampe sekarang pun masih suka sih, tapi karna gapunya cukup keberanian untuk nyatain perasaan jadi gue memilih diam, hahah. Aih gue terhura baca tulisan ini, kalian pada akhrinya jadian terus gue sama dia kapan? wkwkw. Btw ngakak pas bagian bantal gulingnya, astaga :v
ReplyDeleteBerdoalah semoga semesta mempertemukan kalian. Aamiin.
DeleteKayaknya gue gagal deh memahamkan kalian. Sebenarnya ini kejadian tiga tahun lalu. Tapi tak apa lah, sudah gue edit barusan.
Gue cuma bisa baca sambil nyengir dan berhmmmm hmmmm ria.
ReplyDeleteHmmm hmmm itu maksudnya apa pak? Terangsang kah? :'D
Deletegue pernah, tapi diposisi cewenya, pas kaya cerita lu, us. :"
ReplyDelete^^ para pejuang cidaha ^^
Deletejangan-jangan lagi~
DeleteHuanjer. Awalnya gue kira ini postingan horror. Banyak gambar nggak nyambungnya. Ternyata emang sebagian dari lawakan tulisan :"D
ReplyDeleteEcieee.. Si dia strong juga ya mendam dari awal semester gitu. Bersyukur lo ikutan nyepikin dia waktu surprise. Kalau nggak, mungkin sampe sekarang si dia masih jadi secret admirer. Uh :(
Kapan yak gue ditulisin kayak gini. Hahaha.
Langgeng, Kang!
Hahaha benar juga ya? Tapi mending selamanya jadi secret admirer sih kalau ujung2nya pacaran tapi putus juga :'D
DeleteLanggeng apaan?? :')
tulisanya bagus
ReplyDeleteMungkin efek dari fontnya..
Delete^idem sama yang di atas, tulisanya bagus enak dibaca. belajar ah :D
ReplyDeletesemangat belajarnyaaa!
DeleteYosh! Aku baca sampai habis, bang. Mengaliiiir :)
ReplyDeleteMengalir.. Seperti air..
Deleteceritanya aku banget.. mas. semacam secret admirer. tapi.. sayangnya aku ga berani ngungkapin... hiks.. perih.. tapi gapapa.. seterong kok. salamnya ya buat mbaya
ReplyDeletesemangat. semoga semesta mempertemukan kalian.
DeleteUs, ini cerita hampir mirip sama kisah gue tau gak?! Engga, ya? Ya emang. Ini gue baru mau kasih tau. Cuma bedanya gue pas 2011. Muahahaha. Pas zaman masih SMK. XD
ReplyDeleteGue juga nggak pernah sadar kalau ada yang diam-diam merhatiin gue dulu di kelas. Sempet jadian juga, tapi ya... udah putus juga lama. Haha. Kangen juga dicintai seperti itu. Hehehe.
Dan kerennya, lu sudah menuliskannya. Gue belum kesampean. Ceritanya bagus. Suka! :))
Wenak. Ya emang gitu sih rata2 nasib orang ganteng.
DeleteKalo aku malah sama banget jadi tokoh ceweknya haha. Cowok juga sih sebenernya pintar kok menyembunyikan perasaan. Hm.
ReplyDeleteCeritanya nggak sia-sia, dia jadi secret admirer kamu terus terungkap dan berakhir happy ending. Mm... Rindu rasanya jadi secret admirer lagi hehe. Baca ini jadinya ikut baper. Iya, karena ngerasa aku jadi ceweknya. :(
Gila, 2012. Lama juga ceritanya. Yaa... Nggak apa-apa. Aku suka ceritanya. Untung happy ending, jadi stop dah bapernya. Like this!
^^ pejuang cidaha ^^
DeleteItu belum ending sih aslinya. Endingnya kami berdua saling membunuh perasaan masing2 lalu berpisah. Wenak.
Anjiiirrrr, baper juga nih :(
ReplyDeletesi cewek ini beruntung ya, kamu masih bisa tau kalo dia suka sama kamu
lah aku?
sampai dia udah aku tulis di postingan blog sampe saat ini aku gak tau dia udah tau perasaanku sebenernya apa enggak
eeh, malah jadian sama temenku sendiri, sedih aaaah :(
dan parahnya sampai detik ini sepertinya aku masih mengaguminya :(
ya ampun. ngenes banget ya kamu.
Deletemungkin kamu harus minta bantuan temenmu yg lain buat di cie cie in. jadi dia sadar. kadang cowok emg terlalu bego dan ga peka.
Wuiiih gila keren banget us hahaha. Kayaknya lama banget deh aku nggak baca tulisanmu yang punchlinenya nggak terduga kayak gini. mungkin terakhir waktu konser Raisa kali ya hahah
ReplyDeleteJadiiiii, cewek tembem itu ada hubungannya dengan si pelarian di post kemaren nggak us?
haha masih aja inget cerita raisa. gue masih sering baca cerita itu sambil iseng2.
Deleteyap. betuuul sekali.
di hidupku, ada si dia kayak di hidupmu nggak ya? kok kamu keren us disukain cewek sampai segitunya :D
ReplyDeletegue emang keren, feb. maafkan :)
DeleteIya juga sih, hehe..
ReplyDeleteHeheh...
DeleteWaaa salut sama cewenya. Setulus itu mendam perasaan ke lu bang. Dari awal semester. Iya bener. Cewe paling pinter nyembunyiin perasaan.
ReplyDeleteDuuh, jangan sia-siain bang. Hahahaa
Sayangnya, sudah gue sia-siain. :')
DeleteEbuset dari semester awal jadi pemuja rahasia. yang tiap hari cuma ngeliatin mulu dari jauh. kasihan...
ReplyDeletetapi rejeki nggak kemana. akhirnya sekafang berjodoh juga sama yang diidamkan. wohoooo
sekaraaang? berjodoooh?
Deletesudah tidak lagi wahai temankuh!
Iya tulngetsss cewe jago menyembunyikan perasaan. Walaupun bukan perasaan suka aja.
ReplyDeleteCowo juga bisa menyembunyikan perasaan sih tapi kek nya lebih sering cewe.
Salam kenal Dauuus. First time mampir kesini :D
jadi sebenernya ini cerita nyata ya *cieeee
ReplyDeleteberuntung sekali dia punya lelaki yang mau menceritakan perasaannya stlh ga bareng lagi. biasanya cowok tuh paling nggak mau cerita dan sok sokan udah move on :-D
ReplyDeleteEhm, ini adalah komentar paling serius selama ini. Jadi sabar ya bacanya
ReplyDelete#1
“Coba kamu lihat, Yuuun!” katanya sambil nunjuk laptop.
“Lihat apa? Nggak mau ah, pasti serem!”
“Enggak. Coba lihat!”
WANJERRR. Ini percakapan cewek banget..... :') Ngakak banget bacanya
#2
Soal guling, aku juga pernah punya... aku bawa ke asrama, nah pas itu harus pindahan di mana aku males beresin kamar. AKHIRNYA, guling kesayanganku itu dibuang di tempat sampah, jahat banget :') Sejak saat itu aku males pake guling, nggak ngefek aja skrg tidur pake guling apa enggak. :') *curcol*
#3
'Biar cerita ini nggak terus berputar-putar di kepala gue', eh iya ya mas daws, kadang ada cerita yg bikin kita suka inget2nya, aku jadi ingin bercerita. Hmmm. Ok, aku akan menulisnya di tumblr. Terima kasih telah menginspiraasi wkwk.
Cerita cinta yang sendu tapi bikin ngakak sekali :') Terima kasih sudah menghibur. Wkwkwkwkwkw.